Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai, penanganan pandemi dengan kuncitara (lockdown) akan lebih efektif.
Apalagi, bila menilik ke belakang, pemerintah sudah mencoba berbagai cara seperti PSBB maupun PPKM, tetapi angka positif masih tinggi. “Sehingga, sebaiknya lockdown menjadi senjata pamungkas yang harus dilakukan,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Kamis (24/6).
Bhima mengatakan, pemerintah seharusnya tak perlu takut akan biaya yang perlu dikeluarkan untuk lockdown selama 2 minggu ini. Pasalnya, bila dihitung, biaya tanpa lockdown malah akan jauh lebih mahal.
Baca Juga: Pemerintah kembali tetapkan PPKM Mikro, ini rekomendasi analis untuk sektor ritel
Dengan asumsi lockdown di Jakarta per hari membutuhkan dana Rp 550 miliar, maka dana lockdown selama 2 minggu akan butuh biaya sekitar Rp 7,7 triliun.
Dengan asumsi 70% perputaran uang nasional ada di Jakarta dan sisanya di daerah lain, maka total kebutuhan dana untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat seluruh Indonesia selama lockdown 2 minggu akan membutuhkan biaya Rp 11 triliun hingga Rp 25 triliun.
Biaya tersebut hanya butuh 6% dari alokasi anggaran infrastruktur di tahun 2021 yang sebesar Rp 413 triliun.
“Jadi, kenapa tidak lockdown saja? Setelah lockdown berhasil, maka ekonomi bisa tumbuh lebih solid. Jangan kondisi darurat begini kebijakannya nanggung,” tandas Bhima.
Selanjutnya: Ekonomi jadi alasan Jokowi tetap pilih PPKM mikro?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News