CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.880   0,00   0,00%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Ekonom Beri Resep agar Indonesia Tidak Masuk Jebakan Berpendapatan Menengah


Minggu, 04 Agustus 2024 / 18:07 WIB
Ekonom Beri Resep agar Indonesia Tidak Masuk Jebakan Berpendapatan Menengah
ILUSTRASI. Pekerja komuter berjalan menuju tempat kerjanya di Jakarta, Rabu (29/5/2024). Kebijakan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) mewajibkan pekerja menabung sebesar 3% lewat potongan gaji, dengan rincian 2,5% dibayarkan oleh pekerja dan 0,5% oleh pemberi kerja. Tapera bagi pekerja swasta menuai pro dan kontra. Sebab, daftar potongan gaji akan semakin panjang. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/29/05/2024


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memberikan beberapa resep agar Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap. 

Myrdal mengatakan bahwa program pembangunan infrastruktur secara merata harus terus tetap dilakukan.

Tidak hanya itu, pemerintah juga perlu mendorong output nasional menjadi lebih tinggi dengan melakukan hilirisasi tidak hanya di sektor pertambangan, namun juga di sektor pertanian dan perkebunan untuk menghasilkan nilai tambah.

Baca Juga: Ekonomi Lesu, Pemerintah Perlu Genjot Produktivitas Tenaga Kerja

"Lalu, fokus pada program mendorong iklim investasi yang lebih kondusif, sehingga bisa mendorong investor asing masuk ke sini," ujar Myrdal kepada Kontan.co.id, Minggu (8/4).

Dan yang tidak boleh ketinggalan, koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) tetap harus dilakukan supaya bisa menciptakan iklim suku bunga yang murah.

"Khususnya dari sisi pemerintah fiskal untuk mendorong harga-harga supaya tetap terkendali sehingga inflasi rendah, suku bunga juga bisa menjadi lebih rendah," katanya.

Di sisi lain, Myrdal juga menyebut bahwa program peningkatan kualitas sumber daya manusia harus terus dilakukan  agar Indonesia mengalami peningkatan kualitas income (pendapatan) yang lebih tinggi.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh Lambat, Menuju Negara Berpendapatan Tinggi Masih Panjang

Diberitakan sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill memprediksi bahwa Indonesia setidaknya membutuhkan waktu 70 tahun untuk bisa mencapai pendapatan per kapita setara negara maju.

"Pada tren saat ini, China akan membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun hanya untuk mencapai seperempat pendapatan per kapita Amerika Serikat, Indonesia hampir 70 tahun, dan India 75 tahun," tulis Gill dalam laporan tersebut, dikutip Minggu (4/8).

Bank Dunia menilai ada sejumlah faktor yang membuat negara-negara berpendapatan menengah terjebak dalam stagnasi ekonomi, mulai dari penuaan populasi, peningkatan proteksionisme, serta kebutuhan transisi energi.

Baca Juga: Airlangga: Bank Dunia Proyeksi Ekonomi RI Tetap Tumbuh 5% Tahun Ini

"Mereka menghadapi tantangan yang jauh lebih besar daripada pendahulu mereka dalam keluar dari middle income trap," ucap Gill.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×