kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Ekonom Beberkan Dampak Pelemahan Rupiah Terhadap Utang Pemerintah


Kamis, 18 April 2024 / 19:33 WIB
Ekonom Beberkan Dampak Pelemahan Rupiah Terhadap Utang Pemerintah
ILUSTRASI. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi menekan utang luar negeri pemerintah.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi menekan utang luar negeri pemerintah. Dalam sepekan belakangan ini, nilai tukar rupiah sudah melampaui level Rp 16.000 per dolar AS. 

Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet menilai dampak pelemahan rupiah berpotensi menambah selisih nilai tukar rupiah dari utang pemerintah. 

Meski begitu, dampak terhadap utang ini perlu dipisahkan menjadi dua instrumen utang. Pertama, soal surat utang. Menurutnya, dampak dari instrumen ini tidak signifikan mengingat saat ini proporsi dari surat utang yang berdenominasi valuta asing (valas) dalam struktur surat utang yang dilakukan oleh pemerintah itu relatif kecil.

"Dari total utang pemerintah yang saat ini sekitar Rp 7,036 triliun, 19% di antaranya berdenominasi valas atau persentase ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan persentase nilai atau proporsi utang dalam bentuk rupiah," kata Yusuf kepada Kontan, Kamis (18/4).

Baca Juga: Rupiah Terus Melemah, Beban Bunga Utang ke Depan Bakal Bertambah

Sementara untuk instrumen kedua yaitu pinjaman,  perlu diantisipasi mengingat saat ini proporsi dari pinjaman luar negeri berdenominasi dolar itu mendominasi dari struktur utang pemerintah dalam bentuk pinjaman.

"Jadi jika dalam tahun ini pinjaman tersebut jatuh tempo maka akan ada selisih pembayaran yang harus dibayarkan dari perubahan nilai tukar rupiah dari pinjaman luar negeri pemerintah," ujarnya. 

Selain itu ada biaya komitmen dari pinjaman luar negeri yang diberikan. Ketika hal itu tidak digunakan secara baik maka commitment fee ini akan lebih besar imbas dari selisih nilai dari pelemahan rupiah. 

Ia menerangkan, langkah antisipatif yang perlu diperhatikan pemerintah adalah intervensi dari otoritas terkait, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) perlu lebih agresif dalam melakukan intervensi terutama di pasar valas menggunakan instrumen yang bisa digunakan dan membuka peluang untuk melakukan penyesuaian suku bunga acuan jika memang itu dibutuhkan.

Baca Juga: Rupiah Melemah, Kemenkeu: APBN 2024 Masih Mampu Membayar Bunga Utang

Selain itu dari sisi pemerintah, nominal utang yang akan jatuh tempo dalam tahun ini perlu dilihat seberapa besar presentasi dalam bentuk valasnya sehingga kemudian bisa diantisipasi kira-kira pelemahan nilai tukar rupiah ini terjadi dalam periode waktu yang tidak sebentar. 

"Pemerintah perlu melakukan penyesuaian baik dari sisi pembiayaan dan juga penyesuaian dari sisi kebijakan fiskal secara umum," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×