kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Ekonom BCA prediksi BI tetap mempertahankan suku bunga acuan


Selasa, 19 Februari 2019 / 15:47 WIB
Ekonom BCA prediksi BI tetap mempertahankan suku bunga acuan


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom BCA David Sumual memprediksi Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6% kendati The Fed sudah melunak.

Sikap ini diambil BI karena mempertimbangkan kondisi transaksi berjalan yang masih defisit alias current account deficit (CAD). Bahkan CAD cukup besar mencapai US$ 31,1 miliar. Pun dengan defisit neraca perdagangan pada Januari 2019 yang tercatat US$ 1,16 miliar padahal biasanya di bulan Januari tidak defisit.

"Karena impor turun tetapi ekspor turun lebih dalam," jelas David saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (19/2).

Selain itu masih ada ketidakpastian di eksternal. Terutama soal perang dagang. David memprediksi perang dagang masih akan terjadi hingga akhir semester I-2019. Sehingga para investor akan kembali melihat negara yang bermasalah pada CAD dan Fiskal. Kendati Indonesia masih memiliki kondisi fiskal yang sehat.

"Permasalahan CAD akan semakin menekan rupiah," ujar David.

Dengan demikian, David melihat BI memiliki peluang menurunkan suku bunga acuannya pada semester II-2019. Saat tekanan mulai mereda. Namun, tetap harus melihat perubahan pada saat itu.

"Semester satu belum menurunkan, karena kontraproduktif. Kalau diturunkan ada gejolak lagi," jelas David.

Apabila CAD mengarah sesuai ekspektasi ke level 2,5%, serta perang dagang mulai mereda maka BI bisa menurunkan suku bunga.

Pengecualian apabila pertumbuhan ekonomi mulai menunjukkan gejala perlambatan. Sebab saat ekonomi melambat maka aktivitas impor berpeluang turun. Saat ini Indonesia masih banyak berharap di konsumsi. Apabila bergerak baik, maka ekonomi masih tumbuh baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×