kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekonom BCA prediksi BI tetap mempertahankan suku bunga acuan


Selasa, 19 Februari 2019 / 15:47 WIB
Ekonom BCA prediksi BI tetap mempertahankan suku bunga acuan


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom BCA David Sumual memprediksi Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6% kendati The Fed sudah melunak.

Sikap ini diambil BI karena mempertimbangkan kondisi transaksi berjalan yang masih defisit alias current account deficit (CAD). Bahkan CAD cukup besar mencapai US$ 31,1 miliar. Pun dengan defisit neraca perdagangan pada Januari 2019 yang tercatat US$ 1,16 miliar padahal biasanya di bulan Januari tidak defisit.

"Karena impor turun tetapi ekspor turun lebih dalam," jelas David saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (19/2).

Selain itu masih ada ketidakpastian di eksternal. Terutama soal perang dagang. David memprediksi perang dagang masih akan terjadi hingga akhir semester I-2019. Sehingga para investor akan kembali melihat negara yang bermasalah pada CAD dan Fiskal. Kendati Indonesia masih memiliki kondisi fiskal yang sehat.

"Permasalahan CAD akan semakin menekan rupiah," ujar David.

Dengan demikian, David melihat BI memiliki peluang menurunkan suku bunga acuannya pada semester II-2019. Saat tekanan mulai mereda. Namun, tetap harus melihat perubahan pada saat itu.

"Semester satu belum menurunkan, karena kontraproduktif. Kalau diturunkan ada gejolak lagi," jelas David.

Apabila CAD mengarah sesuai ekspektasi ke level 2,5%, serta perang dagang mulai mereda maka BI bisa menurunkan suku bunga.

Pengecualian apabila pertumbuhan ekonomi mulai menunjukkan gejala perlambatan. Sebab saat ekonomi melambat maka aktivitas impor berpeluang turun. Saat ini Indonesia masih banyak berharap di konsumsi. Apabila bergerak baik, maka ekonomi masih tumbuh baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×