kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Bank Permata sebut penurunan suku bunga BI tidak efektif


Kamis, 17 September 2020 / 20:42 WIB
Ekonom Bank Permata sebut penurunan suku bunga BI tidak efektif
ILUSTRASI. Bank Indonesia's logo is seen at Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, September 2, 2020. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah wabah penyakit Covid-19 di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia turut berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, baik secara fiskal maupun moneter telah dilakukan berbagai kebijakan untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia agar tidak resesi.

Kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 4% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan September 2020.

Baca Juga: Ini dia langkah-langkah BI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Sedangkan dari sisi fiskal sendiri pemerintah juga telah meluncurkan program Pemulihan Ekonomi Nasional dari APBN 2020 yang digelontorkan sebesar Rp 695,3 triliun untuk mendongkrak konsumsi masyarakat agar Indonesia tetap bisa tumbuh positif.

Sayangnya, berdasarkan catatan KONTAN sampai dengan 2 September 2020, realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) BARU mencapai Rp 271,94 triliun. Angka tersebut baru sekitar 39,11% dari pagu sebesar Rp 695,2 triliun.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, kebijakan BI dengan mempertahankan suku bunga pada 4,0% menjadi suatu pertimbangan utama untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Sehingga, untuk menciptakan stabilitas nilai tukar maka akan juga mempercepat terjaganya ekspetasi pelaku ekonomi baik konsumen dan pelaku usaha sehingga dinilai akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Di samping itu, penurunan suku bunga acuan BI belum akan efektif apabila tidak diikuti oleh produktivitas stimulus fiskal dalam hal ini penyerapan anggaran PEN serta penyerapan belanja pemerintah pusat dan daerah yang akan dapat menggerakkan aktivitas perekonomian. Sehingga tentu akan mendorong permintaan kredit perbankan dan transmisi penurunan suku bunga Bank Indonesia pun akan semakin cepat mendukung pemulihan ekonomi,” terang Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (17/9).

Baca Juga: Bank Indonesia: Likuiditas dan stabilitas sistem keuangan masih terjaga

Adapun untuk mendorong pemulihan, BI tetap mendukung melalui kebijakan Quantitative Easing (QE) di sektor perbankan yang hingga saat ini sudah disuntikkan likuiditas sebesar Rp 662 triliun.

Sehingga dorongan yang sudah efektif dari moneter ini, Josua mengatakan, BI juga akan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia melalui bauran kebijakan lain seperti dukungan kepada UMKM melalui perpanjangan periode pelonggaran giro wajib minimum (GWM) Rupiah kepada bank yang menyalurkan kredit kepada UMKM dan sektor prioritas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×