Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan pemerintah melanjutkan burden sharing melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) III untuk pelaksanaan pembiayaan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 dan APBN 2022.
Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, secara teori, pembiayaan defisit oleh bank sentral memang mengarah kepada peningkatan inflasi.
Hanya, bila melihat kondisi terkini, inflasi diperkirakan tidak akan meningkat terlalu signifikan akibat kebijakan bagi beban ini. Inflasi juga masih akan bergerak di kisaran sasaran bank sentral.
Baca Juga: Sri Mulyani sebut anggaran kesehatan tahun depan meningkat
“Sehingga kami perkirakan inflasi masih akan berada di kisaran 2% hingga 4% pada tahun 2022,” ujar Josua kepada Kontan.co.id, Senin (25/8).
Meski begitu, Josua tak menampik adanya inflasi yang meningkat pada tahun 2022, setelah pada tahun 2020 dan 2021 peningkatan inflasi, terutama inflasi inti belum terjadi karena aktivitas ekonomi yang terhambat.
Peningkatan inflasi di tahun 2022 diperkirakan karena aktivitas ekonomi yang kembali dibuka, sejalan dengan tingkat vaksinasi yang semakin merata di Indonesia. Kembali bergulirnya roda perekonomian ini yang akan meningkatkan daya beli masyarakat.
Hanya, karena proses pembukaan kembali perekonomian cenderung bersifat gradual, maka dorongannya pada kenaikan inflasi yang signifikan juga tak terlalu besar.
Selanjutnya: Menunggu sinyal Jackson Hole, rupiah berpotensi sideways pada Kamis (26/8)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News