Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Mandiri memperkirakan neraca perdagangan bulan Februari 2021 masih akan surplus, bahkan meningkat dari capaian surplus pada bulan Januari 2021.
“Kami memperkirakan, surplus neraca perdagangan Februari 2021 sebesar US$ 2,36 miliar atau lebih tinggi dari surplus US$ 1,96 miliar pada bulan Februari 2021,” ujar Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.
Surplus neraca perdagangan pada bulan lalu didorong oleh kinerja ekspor dan impor yang meningkat dari periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Danareksa Research prediksi neraca dagang Februari 2021 surplus US$ 2,22 miliar
Terperinci, kinerja ekspor diperkirakan tumbuh 8,65% yoy. Peningkatan ekspor secara tahunan ini didorong oleh harga komoditas yang lebih tinggi dari pergerakan harga komoditas di tahun lalu.
Hanya saja, ekspor di bulan Februari 2021 diperkirakan turun 0,11% mom dari bulan sebelumnya. Penyebabnya adalah penurunan PMI Manufaktur China akibat gangguan Covid-19 dan faktor musiman liburan Tahun Baru Imlek, serta penurunan Baltic Dry Index.
Sementara kinerja impor diperkirakan tumbuh 11,85% yoy. Kinerja impor di Februari 2021 terpantau lebih tinggi dari Februari 2020 karena pada tahun lalu, ada lockdown ketat akibat pandemi di negara mitra dagang utama Indonesia, terutama China yang menurunkan kinerja ekspor ke Indoensia.
Namun, secara bulanan, impor diperkirakan turun 3,10% mom, seiring dengan kinerja manufaktur Indonesia turun pada bulan Februari 2021.
Ke depan, Faisal melihat surplus neraca perdagangan bakal berlanjut hingga semester pertama tahun ini, didorong oleh performa ekspor yang solid seiring dengan tingginya harga komoditas dan perekonomian global yang membaik.
Baca Juga: IHSG diproyeksikan menguat pada Senin (15/3), ini pendorongnya
Kemudian, di paruh kedua tahun ini, diperkirakan impor akan mengejar seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sudah mulai pulih dan menguat, sehingga permintaan konsumen pun juga meningkat. Selain itu, ada juga faktor dari peningkatan aktivitas investasi.
“Peningkatan aktivitas investasi ini akan mendorong peningkatan pertumbuhan impor terutama bahan baku dan barang modal, yang merupakan komponen terbesar penyumbang impor Indonesia,” tandas Faisal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News