Reporter: Yudho Winarto | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Anggota Komisi XI DPR RI, Kemal Azis Stamboel, menyambut baik kebijakan yang diambil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Jumat (4/3) terkait penetapan angka BI rate yang masih dipertahankan pada level 6,75%.
“Saya rasa itu kebijakan yang tepat. Memang kalau kita perhatikan secara obyektif, tidak ada alasan yang kuat untuk menaikkan BI Rate. Karena inflasi sudah turun. Februari ini saja 0,13%. Maret mungkin bisa lebih rendah lagi”, ujarnya dalam siaran pers yang diterima KONTAN, kemaren.
Sebelumnya, BI telah menaikkan BI Rate sebesar 25 bps dari 6,5% menjadi 6,75%. Kenaikan tersebut menurut BI dilakukan sebagai langkah antisipasi tingginya angka inflasi akibat dorongan harga-harga volatile foods.
Pada saat kebijakan tersebut, Kemal mengaku termasuk yang tidak setuju dengan kenaikan suku bunga yang dianggapnya kurang tepat. “Selain inflasi sudah turun, alasan kenapa BI rate tidak perlu naik adalah karena rupiah terus mengalami penguatan pasca kenaikan suku bunga bulan lalu," katanya.
Kebijakan menaikan bunga tersebut juga mendorong aliran modal asing yang masuk semakin besar dan rupiah semakin terapresiasi. Akhir Februari ini saja nilai tukar Rupiah menguat sebesar 2,5% menjadi Rp 8.818 per dolar AS. Jika penguatan ini terus terjadi, tentunya kondisi ini akan merugikan para eksportir kita.
Mengenai inflasi kelompok inti yang mulai meningkat 0,31%(mtm) atau 4,36% (yoy), Kemal berpendapat itu masih wajar dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Menurutnya yang perlu dikhawatirkan adalah tekanan dari imported inflation. Melonjaknya harga minyak dunia akibat krisis timur tengah dan tingginya harga komoditas pangan dunia menjadi pemicu kuat ke depan. Belum lagi dengan adanya rencana penerapan pembatasan atau kenaikan BBM.
"Oleh karena itu, tahan dulu, jangan buru-buru menaikkan BI rate. Opsi menaikkan suku bunga itu harus menjadi pilihan paling akhir untuk meredam inflasi”, pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













