kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dorongan konsumsi pemerintah ke pertumbuhan ekonomi kuartal II masih lemah


Jumat, 10 Juli 2020 / 21:23 WIB
Dorongan konsumsi pemerintah ke pertumbuhan ekonomi kuartal II masih lemah
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani berjalan memasuki ruangan untuk mengikuti rapat kerja tertutup dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/7/2020). Rapat itu membahas surat menteri keuangan terkait perkembangan skema burden sharing


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Adinda Ade Mustami

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Daya dorong konsumsi pemerintah di kuartal kedua tahun ini tampaknya belum terlalu kuat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode April-Mei 2020, diperkirakan semakin terperosok. 

Konsumsi pemerintah menjadi satu-satunya harapan pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini. Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), realisasi belanja negara semester I-2020 mencapai Rp 1.068,9 triliun, tumbuh 3,3% year on year (yoy). Ini menjadi kabar baik lantaran pada bulan-bulan sebelumnya, belanja negara masih mencatatkan kontraksi.

Kenaikan ini, terutama didorong oleh kinerja belanja pemerintah pusat dengan realisasi Rp 668,5 triliun atau tumbuh 6% yoy. Peningkatan tersebut didorong oleh kebijakan penanganan Covid-19, di antaranya realisasi kontribusi sosial, iuran BPJS, dan kenaikan tarif kesehatan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN).

Baca Juga: Belanja pemerintah pusat sepanjang semester I 2020 tumbuh 6%

Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksi, pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2020 bisa merosot ke -5,1%. "Di kuartal kedua, kami perkirakan akan terjadi penurunan dari pertumbuhan ekonomi yang menggunakan titik di -3,8% atau dalam range -3,5% hingga -5,1%," kata Sri, Kamis (9/7).

Proyeksi ini turun drastis dari realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I yang sebesar 2,97%. Sehingga, pertumbuhan ekonomi di kuartal I secara keseluruhan berkisar antara -1,1% sampai -0,4%.

Tekanan tersebut, didasari oleh adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masif di berbagai daerah dalam rangka penanganan penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Sri Mulyani: Pertumbuhan ekonomi berpotensi merosot ke -5,1% di kuartal II-2020

Menkeu berharap, pada kuartal III dan kuartal IV akan terjadi pemulihan seiring dengan kebijakan new normal yang perlahan mulai membangkitkan kembali aktivitas ekonomi. Perkiraan Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi di kuartal III sebesar -1% sampai dengan 1,2% dan kuartal IV sebesar 1,6%-3,2%. Sehingga, ekonomi sepanjang tahun diperkirakan -0,4% hingga 1%

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, secara agregat, pertumbuhan belanja pemerintah pusat meningkat.

Namun, "Sampai dengan Mei 2020 belanja pemerintah pusat tumbuh 1,2%, ternyata salah satu penyumbangnya adalah belanja pembayaran bunga utang yang pada bulan Mei tumbuh 14%, terbesar kedua setelah bansos yang tumbuh 30%," ujar Yusuf kepada KONTAN, Jumat (10/7).

Namun demikian, belanja bunga utang bukan pos yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab itu, ia sangsi bahwa konsumsi pemerintah bakal tumbuh positif di kuartal II tahun ini. Terlebih, belanja pemerintah daerah juga masih terhambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×