Reporter: Asep Munazat Zatnika |
JAKARTA. Kepolisian RI memastikan penyebab kematian Direktur Utama PT Dayaindo Resources International Tbk adalah karena bunuh diri. Menurut Kepala Polisi Daerah Metro Jaya, Rikwanto, tak ada penyebab lain yang mengakibatkan orang nomor satu di Dayaindo itu meninggal, selain bunuh diri.
Rikwanto bilang, dari data hasil autopsi yang diterimanya dari pihak rumah sakit, diketahui Sudiro tidak mengalami luka yang disebabkan senjata tajam maupun pukulan keras benda tumpul. “Pemeriksaan dari organ bagian dalam juga tidak ditemukan indikasi diracun,” ujar Rikwanto, Minggu (27/1) kepada KONTAN.
Polisi menduga, motif yang menyebabkan Sudiro bunuh diri dikarenakan stress. Rikwanto tidak menjelaskan secara pasti hal apa yang menyebabkannya stress. Namun, berdasarkan informasi yang diterimanya, Sudiro tengah mengalami kesulitasn keuangan untuk menyelamatkan perusahaannya dari ancaman bangkrut.
Dayaindo memang tengah berada di ujung tanduk, setelah proposal perdamainnya ditolak oleh mayoritas kreditur separatis dalam proses Penundaan Kewajiban dan Pembayaran Utang (PKPU). Salah satu krediturnya, Bank International Indonesia (BII) yang mengajukan tagihan kepada Dayaindo sebesar Rp 90,5 miliar menilai proposal perdamaian yang diajukan Dayaindo tidak masuk akal, dan sulit tercapai.
Meski demikian, pihak orang dekat Sudiro masih belum yakin dengan keterangan polisi itu. Kuasa hukum Dayaindo, Derta Rahmanto mengatakan pihaknya merasa ada yang janggal dari kematian Sudiro. “Saya berada di ruangan autopsi saat itu, dan sepertinya beliau bukan bunuh diri,” ujarnya.
Menurutnya, Sudiro ditemukan tidak tergantung, melainkan dalam posisi duduk di lantai, di kamarnya. Derta lantas menjelaskan soal probadi Sudiro yang selalu bersemangat bahkan ketika menghadapi masa-masa sulit Dayaindo selama ini.
Ia juga mengatakan terkait permasalahan utangnya kepada para ktreditur, Dayaindo sudah memiliki jalan keluar. Namun Ia tidak menjelaskan seperti apa jalan keluar yang dia maksud. Yang jelas, saat ini pihaknya masih menunggu penetapan dari majelis hakim terkait nasib Dayaindo.
Bunuh diri pelaku bisnis di Indonesia bukan hanya terjadi kali ini saja. Sebelumnya tercatat ada tiga pengusaha muda lainnya, yang meninggal ditangannya sendiri akibat stress. Pada tanggal 3 Maret 2009, Kepala Cabang PT Sarijaya Permana Sekuritas Sudirman Jakarta, Afwan Surya Hendra ditemukan gantung diri di garasi mobil rumahnya.
Saat ini Sarijaya sudah tidak beroperasi. Sebelum Afwan meninggal, diketahui kalau perusahaannya telah dibekukan oleh Bursa Efek Indonesia, karena terlibat kasus penggelapan nasabah yang dilakukan Komisaris Utama Sarijaya Herman Ramli senilai Rp 245 miliar.
Korban lainnya adalah Direktur PT Texmaco, Marimutu Manimarendi. Manimaren tewas bunuh diri dengan cara meloncat dari lantai 56 Hotel Aston di Jalan Garnizun, kawasan Semanggi, Jakarta pada 5 Agustus 2003. Texmaco sebelumnya pernah mengalami kesulitan keuangan karena terlilit utang, dan harus merestrukturisasi utangnya di badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Yang terakhir, menimpa Wakil Direktur PT Jasabanda Garta Yulianus Indrayana. Ia nekat meminum racun serangga pada tanggal 4 Aprlis 2003 lalu. Penyebabnya adalah stress yang dikarenakan gagal bayar atas transaksi saham PT Dharma Samudera Fishing Industry Tbk senilai Rp 65 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News