Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) Destry Damayanti mengatakan ke depan kebijakan easing monetery policy atau kebijakan pelonggaran moneter masih terus berlanjut dalam jangka waktu cukup panjang.
Hal tersebut guna menggairahkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Baca Juga: Simak dialog lengkap Destry Damayanti setelah resmi menjadi DGS BI 2019-2024
Dia mengatakan, kelanjutan pelonggaran ini sejalan dengan tren ekonomi global dan sejumlah tingkat suku bunga di negara lain. Destry bilang akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, sejumlah bank sentral global melonggarkan suku bunga, termasuk The Federal Reserve.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 berada di level 5,05%. Angka ini lebih rendah daripada kuartal I-2019 dan kuartal II-2018 yang masing-masing sebesar 5,07% dan 5,27%. “Pertumbuhan
ekonomi kuartal II-2019 masih solid walaupun sedikit melambat tapi masih mendekati 5,1%,” kata Destry usai pelantikannya sebagai DGS BI di Gedung Mahkamah Agung (MA), Jakarta, Rabu (7/8).
Baca Juga: Destry Damayanti sah menjabat deputi gubernur senior Bank Indonesia
Lebih lanjut kata dia kalau dilihat dari komponen kontribusi pertumbuhan ekonomi saat ini masih mengandalkan konsumsi masyarakat yang juga tumbuh mendekati 5,2%. Namun, hanya mungkin perlu mendorong investasi yang terpantau lebih rendah.
Destry mengaku kebijakan moneter yang lebih longgar bakal membantu ke dua sektor tersebut. Maka dampaknya pertumbuhan ekonomi ke depan akan membaik. Kontribusi konsumsi dan investasi akan signifikan karena kedua sumbangkan 80% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Sementara, dari sisi ekspor memang belum bisa berharap banyak karena terjadi penurunan daya beli global akibat perang dagang. “Ekspor kita kemarin masih alami pertumbuhan negatif tersandung sentimen global,” kata Destry.
Baca Juga: Hore, cadangan devisa Indonesia naik menjadi US$ 125,9 miliar di Juli 2019
Alasannya dengan perlambatan ekonomi China dan AS akan berikan dampak ke ekspor. Maklum dua negara tersebut merupakan trading partner atau partner dagang utama Indonesia.
“Untuk mendorong investasi, BI dengan easing monetery policy sudah diturunkan GWM satu kali kemudian sudah diturunkan juga suku bunga acuan atau BI 7 Day Reserve Repo Rate (BI7-DRR) dan masih ada potensi kembali melonggar,” ujar Destry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News