Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat September 2018 mengalami deflasi sebesar 0,18%. Kondisi ini menurut Ekonom Maybank Myrdal Gunarto sebagai dampak pelemahan rupiah dan tingginya harga minyak dunia yang tembus US$ 80 per barel.
Meski demikian, kondisi ini masih bisa dikendalikan oleh pemerintah. Tingkat inflasi yang rendah, bahkan deflasi menunjukkan kendali pemerintah melalui masih adanya persediaan bahan pokok, serta kebijakan menetapkan harga eceran tertinggi. Pun upaya pemerintah menahan impor untuk konsumsi dan pembangunan infrastruktur.
Myrdal menyarankan Bank Indonesia (BI) untuk mengeluarkan kebijakan baru terkait penyesuaian nilai tukar dan tetap melakukan intervensi untuk memperhalus pergerakan rupiah. Agar rupiah tak melemah terus-menerus.
Namun tidak dapat dipungkiri penyebab terbesar deflasi pada September ini adalah turunnya harga bahan makanan. Produsen atau pedagang tidak berani menaikkan harga terlalu tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen deflasi 0,18 naik menjadi (IHK) 133,83 sedangkan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) meningkat 7,39% menjadi 166,28.
Kesenjangan yang besar itu menunjukkan produsen menyimpan beban atas naiknya harga bahan mentah karena rupiah melemah.
"Harapannya IHK bisa mengikuti perkembangan harga di sisi produsen untuk menjaga margin pendapatan," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News