kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Defisit Neraca Jasa Melebar di Kuartal II-2022


Jumat, 14 Oktober 2022 / 15:52 WIB
Defisit Neraca Jasa Melebar di Kuartal II-2022
ILUSTRASI. Defisit neraca jasa melebar


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca jasa pada kuartal II-2022 mencatat defisit sebesar US$ 4,97 miliar. Defisit ini melebar dibandingkan dengan defisit pada kuartal I-2022 yang sebesar US$ 3,70 miliar dan juga dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 3,70 miliar.

Dalam buku Tinjauan Ekonomi, Keuangan dan Fiskal, defisit neraca jasa pada periode laporan bersumber dari pelebaran defisit jasa transportasi. Ini utamanya berasal dari defisit jasa transportasi barang, seiring peningkatan impor barang yang mendorong jasa freight.

Selain itu, defisit jasa transportasi penumpang juga turut menyumbang pelebaran defisit neraca jasa. Apalagi, ada peningkatan jasa perjalanan wisatawan nasional ke luar negeri pada periode laporan.

Meski demikian, neraca jasa perjalanan mencatat surplus sebesar US$ 94,57 juta, setelah mengalami defisit pada kuartal sebelumnya. Surplus ini seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dan pola pengeluarannya selama berkunjung ke Indonesia.

Baca Juga: Hadapi 5 Tantangan, Menko Perekonomian Menilai Ekonomi Indonesia Masih Solid

Hanya saja, surplus ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan surplus sebelum pandemi yang berkisar US$ 1 miliar hingga US$ 1,6 miliar.

Sebenarnya pun, bila menilik tren neraca jasa, nampaknya neraca jasa terus mengalami defisit. Bahkan, defisitnya makin melebar dari tahun 2020 hingga periode berjalan.

Pada tahun 2020, defisit neraca jasa tercatat US$ 9,8 miliar. Kemudian, defisit neraca jasa membengkak menjadi US$ 14,7 miliar pada tahun 2021.

Menariknya, defisit neraca jasa ini juga turut memengaruhi penerimaan valas operasi keuangan pemerintah pada tahun 2021. Tercatat, penurunan tersebut mencapai 6,1% YoY menjadi Rp 232,1 triliun.

Penurunan ini terutama karena adanya penurunan penerimaan valas dari transaksi berjalan, karena ada aliran keluar valas pada neraca jasa terkait pembayaran bunga utang luar negeri.

Baca Juga: Ekonom Proyeksi Cadangan Devisa Indonesia Meningkat Terbatas pada September 2022

Namun, ada juga faktor lain, yaitu penurunan aliran masuk valas dari transaksi modal dan finansial karena turunnya aliran masuk valas neto akibat peningkatan pembayaran surat berharga negara (SBN) luar negeri yang jatuh tempo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×