kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,16   -2,35   -0.26%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Defisit Neraca Jasa Masih Berpotensi Melebar, Ini Penyebabnya


Jumat, 14 Oktober 2022 / 17:33 WIB
Defisit Neraca Jasa Masih Berpotensi Melebar, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat petikemas di pelabuhan Jakarta International Countainer Terminal, Tanjung Priok, Kamis (22/11). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/22/11/2018


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam tiga tahun berjalan, neraca jasa terus mengalami defisit. Bahkan, defisitnya dalam tren melebar dari tahun 2020. Pada tahun 2020, defisit neraca jasa tercatat US$ 9,8 miliar. Kemudian, defisit neraca jasa membengkak menjadi US$ 14,7 miliar pada tahun 2021. 

Analis Makroekonomi Bank Danamon Indonesia Irman Faiz memperkirakan defisit neraca jasa kembali melebar pada tahun 2022. Sayangnya, ia masih belum memiliki hitungan pasti terkait ini. Namun, yang pasti, defisit neraca jasa bisa lebih dari US$ 14,7 miliar. 

Defisit neraca jasa ini didorong oleh biaya kirim yang naik tajam, sehingga ini mendorong pelebaran defisit neraca transaksi jasa perdagangan. Selain itu, ada juga peluang peningkatan jasa perjalanan wisatawan nasional ke luar negeri pada tahun ini yang berpotensi memperlebar defisit neraca jasa pada tahun ini. 

“Faktor utama adalah peningkatan shipping cost yang tajam, ini membat defisit neraca jasa melebar. Sejak 2022, pelebaran neraca jasa juga didorong oleh mulai jalannya perjalanan ke luar negeri,” jelas Faiz kepada Kontan.co.id, Jumat (14/10). 

Baca Juga: Aktivitas Ekspor Impor Naik, Defisit Neraca Jasa Diprediksi Melebar pada 2022

Ke depan, Faiz melihat tren pelebaran defisit neraca jasa akan makin lebar. Ini seiring Eropa yang membeli batubara sebagai alternatif energi, sehingga akan banyak pengiriman ke Eropa. Ini akan menaikkan harga pengiriman. 

Selain itu, sudah banyak negara yang membuka restriksi, sehingga jumlah wisatawa dalam negeri yang melancong ke luar negeri bisa bertambah. Faiz memandang, tren pelebaran defisit neraca jasa ini bisa berpengaruh ke nilai tukar rupiah dan inflasi.

“Pelebaran neraca jasa mengindikasikan permintaan dolar Amerika Serikat (AS) naik, sehingga memberi tekanan pada rupiah. Nah, kenaikan harga jasa pengiriman akan memberi tekanan pada inflasi,” terangnya. 

Namun, Faiz masih yakin nilai tukar rupiah pada akhir tahun 2022 berpotensi menguat dari posisi saat ini. Menurut perhitungannya, rupiah masih akan bergerak di kisaran Rp 14.800 hingga Rp 14.900 per dolar AS. Namun, dengan catatan BI terus mengerek suku bunga acuan. Ia memperkirakan, suku bunga acuan akan bergerak di level 5,25% pada akhir tahun ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×