kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Defisit APBN 2023 Dipatok 2,85% PDB, Masih Mampu Atasi Gejolak Global?


Rabu, 07 September 2022 / 13:34 WIB
Defisit APBN 2023 Dipatok 2,85% PDB, Masih Mampu Atasi Gejolak Global?
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dalam situasi ketidakpastian global, APBN di tahun 2023 harus kembali menerapkan disiplin fiskal dengan membuat maksimal defisit anggaran tidak lebih dari 3% PDB.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah menetapkan defisit anggaran tahun 2023 berada di level 2,85% dari produk domestik bruto (PDB) atau setara Rp 598,2 triliun.

Namun dengan adanya ketidakpastian global, apakah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 masih akan mampu menghadapi ketidakpastian global di tahun depan ?

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, ketidakpastian global tersebut cenderung berasal dari harga-harga yang meningkat terutama karena disrupsi dari sisi suplai, sehingga ada potensi terjadinya krisis pangan dan energi, serta krisis utang diberbagai negara.

"Tantangan global ini akan berpotensi kepada tiga area krisis yaitu pangan, energi dan utang," ujar Sri Mulyani dalam Sarasehan 100 Ekonomi Indonesia 2022, Rabu (7/9).

Baca Juga: Sri Mulyani: Pemda yang Bisa Kontrol Inflasi di Daerahnya Akan Diberi Penghargaan

Sri Mulyani menyampaikan, dalam situasi ketidakpastian tersebut, APBN di tahun 2023 harus kembali menerapkan disiplin fiskal dengan membuat maksimal defisit anggaran tidak lebih dari 3% PDB.

"Jadi dalam hal ini sebetulnya kita sedang mengelola sebuah risiko baru sesudah pandemi. Yaitu dari tadinya risiko kesehatan, sekarang menjadi risiko finansial dan geopolitik yang menimbulkan imbas sangat besar terhadap energi dan pangan, yang kemudian berujung pada inflasi," katanya.

Di belanja negara dalam APBN 2022 diperkirakan meningkat dari Rp 2.786 triliun menjadi Rp 3.106,4 triliun. Sri Mulyani bilang, kenaikan belanja negara tersebut dikarenakan pemerintah menaikkan subsidi energi lebih dari tiga kali lipat yang sebelumnya Rp 152 triliun menjadi Rp 502,4 triliun.

"Kalau tahun depan tentu kita bicara dengan DPR, ini belum selesai, karena masih dalam proses pembahasan. Kita bicara mengenai salah staunya tentu subsidi yang kita akan sediakan di tahun depan masih cukup signifikan lebih dari Rp 340 triliun," kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Sri Mulyani: Pilihan Menaikkan Harga BBM adalah Opsi Terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×