kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Covid-19 Omicron di Indonesia Naik Jadi 46 Kasus, Ini Gejala Utama & Cara Mencegahnya


Senin, 27 Desember 2021 / 08:17 WIB
Covid-19 Omicron di Indonesia Naik Jadi 46 Kasus, Ini Gejala Utama & Cara Mencegahnya
ILUSTRASI. Covid-19 Omicron di Indonesia Naik Jadi 46 Kasus, Ini Gejala Utama & Cara Mencegahnya


Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Penyebaran kasus Covid-19 Omicron semakin luas. Di Indonesia, jumlah kasus Covid-19 Omicron juga meningkat pesat. Kenali gejala Covid-19 Omicron dan cara mencegahnya agar pandemi tetap terkendali.

Kementerian Kesehatan (Kemenks) kembali melaporkan temuan kasus baru Covid-19 Omicron di Indonesia pada Minggu 26 Desember 2021. Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi menyebutkan adanya tambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 Omicron sebanyak 27 kasus yang sebagian besar berasal dari para pelaku perjalanan internasional.

Temuan berasal dari hasil pemeriksaan WGS oleh Badan Litbangkes yang keluar pada tanggal 25 Desember 2021. Sebanyak 26 Kasus Covid-19 Omicron di Indonesia merupakan imported case, diantaranya 25 WNI yang baru pulang dari Malaysia, Kenya, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Mesir, Malawi, Spanyol, Inggris, Turki, dan 1 orang WNA Asal Nigeria.

Sementara satu kasus positif Covid-19 Omicron merupakan Tenaga Kesehatan di RSDC Wisma Atlet. ''Berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen oleh Badan Litbangkes, kami kembali mengidentifikasi adanya tambahan kasus Omicron sebanyak 27 orang. Saat ini sebagian besar telah menjalani karantina di Wisma Atlet dan sebagian lagi di RSPI Sulianti Saroso,'' kata Nadia dalam keterangan tertulis di situs Kemenkes.

Dengan tambahan kasus ini, total kasus terkonfirmasi Covid-19  Omicron di Indonesia sudah 46 kasus sejak pertama kali dilaporkan pada 16 Desember lalu. Kasus Omicron tersebut terdeteksi disaat para pelaku perjalanan internasional tiba di Indonesia dan menjalani karantina 10 hari.

Beberapa kasus terdeteksi setelah mereka menjalani lebih dari tiga hari dalam masa karantina. Ini menunjukan karantina 10 hari adalah durasi yang tepat untuk mencegah pasien dengan Omicron menulari pihak lain diluar fasilitas karantina.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 1 dan 2 Kurang Efektif Lawan Omicron, Cegah dengan 6 Langkah Ini

Gejala Covid-19 Omicron

Dilansir dari Kompas.com, para peneliti baru-baru ini telah melacak gejala infeksi Covid-19 Omicron dengan aplikasi Covid symtomp study yang diunduh di ponsel pintar di mana pengguna dapat melaporkan gejala yang dialami selama terpapar virus corona. Melansir Vox, Jumat (24/12/2021) data awal dikumpulkan peneliti dari 171 pengguna di Inggris yang sebagian besar sudah divaksinasi dan dikonfirmasi terpapar Covid-19 Omicron.

Kemudian, mereka melaporkan beberapa gejala utama Covid-19 Omicron yang dirasakan melaui aplikasi tersebut. Gejala varian Omicron yang dilaporkan antara lain:

  • Pilek
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Bersin-bersin
  • Sakit tenggorokan

Disebutkan peneliti, gejala Covid-19 Omicron itu juga merupakan gejala utama bagi orang yang terinfeksi varian Delta. Sementara itu, di antara 171 orang dalam analisis data tersebut, mereka hanya menemukan setengah dari laporan demam, batuk, maupun kehilangan kemampuan perasa maupun penciuman atau anosmia.

"(Laporan) gejala itu memang berbeda dari tiga gejala Covid-19 yaitu demam, batuk, dan hilangnya indera penciuman atau perasa terkait dengan varian sebelumnya," ujar para peneliti.

Menurut profesor epidemiologi di King's College London, Tim Spector, bagi kebanyakan orang yang terpapar varian Omicron gejalanya akan terasa lebih seperti flu biasa, dimulai dengan sakit tenggorokan, pilek, dan sakit kepala. “Kita perlu segera mengubah pesan publik untuk menyelamatkan nyawa,” lanjut Spector yang merupakan penulis utama studi.

Senada dengan temuan Spector, para peneliti di Norwegia juga melaporkan temuan serupa terkait gejala Covid-19 Omicron pada tamu pesta Natal yang divaksinasi penuh kemudian tertular Covid-19. Dalam 87 kasus yang dikonfirmasi, gejala Covid-19 Omicron yang paling umum adalah batuk, pilek atau hidung tersumbat, kelelahan, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.

Kemudian, lebih dari setengahnya melaporkan gejala Covid-19 Omicron berupa demam, sementara 23 persen mengalami kehilangan kemampuan perasa dan 12 persen mengalami penurunan penciuman.

Para peneliti berkata, temuan gejala Covid-19 Omicron ini merupakan bukti bahwa varian Omicron adalah versi virus Covid-19 yang sejauh ini paling mudah dan tampaknya lebih mampu menghindari kekebalan sebelumnya. Akan tetapi mereka menegaskan, bahwa vaksin Covid-19 yang ada saat ini masih efektif untuk mencegah keparahan penyakit terutama pada vaksin dosis ketiga atau booster.

“Kami tahu kami akan terus mendengar lebih banyak tentang orang yang telah divaksinasi terinfeksi (Covid-19)," jelas direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Rochelle Walensky.

Hal itu diungkapkannya pada konferensi pers di Gedung Putih, Amerika Serikat. Dia juga mengatakan, bahwa pasien yang telah terpapar virus Omicron mungkin mengalami gejala yang ringan atau bahkan tanpa gejala, sehingga tanpa sadar menyebarkan virus tersebut kepada orang lain.

Diklaim lebih ringan

Afrika Selatan yang merupakan tempat di mana varian Omicron pertama kali teridentifikasi menemukan, bahwa sistem imun yang didapatkan dari vaksinasi lengkap serta infeksi sebelumnya dapat menjelaskan mengapa virus Omicron tampaknya muncul dengan gejala yang lebih ringan.

“Kami percaya bahwa mungkin bukan hanya Omicron yang kurang virulen (menyebabkan keparahan penyakit), tetapi cakupan vaksinasi, selain kekebalan alami orang yang sudah pernah kontak dengan virus, juga menambah perlindungan. Itulah mengapa kami melihat penyakit (akibat Omicron) ringan” tutur Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Joe Phaahla.

Kabar baik lainnya, yaitu persentase kasus varian Omicron yang dirawat di rumah sakit cenderung lebih sedikit. Akan tetapi CDC mewanti-wanti peningkatan keseluruhan kasus dari Omicron justru dapat mengakibatkan sistem pelayanan kesehatan setempat akan kewalahan. Sebab, mereka mencatat penyakit parah sering dimulai dengan gejala ringan.

Obat antivirus Covid-19

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) baru-baru ini telah mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) bagi dua obat antivirus Covid-19. FDA memberikan otorisasi darurat untuk obat Paxlovid produksi Pfizer yang menjadi obat oral atau minum pertama yang mendapatkan izin.

Pil Paxlovid direkomendasikan sebagai obat untuk kasus pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang pada orang dengan faktor risiko penyakit parah.

Obat Covid-19 kedua yang telah mengantongi izin FDA adalah pil antivirus Molnupiravir buatan perusahaan farmasi Merck di Inggris. Molnupiravir diklaim dapat mengurangi rawat inap hingga kematian sekitar 30 persen dalam uji klinis individu berisiko tinggi yang terinfeksi Covid-19. FDA mengizinkan penggunaan pil Molnupiravir untuk pasien dewasa bergejala ringan hingga sedang yang berisiko tinggi mengalami keparahan penyakit.

Cara mencegah Covid-19 Omicron

Merujuk publikasi Satgas Covid-19, cara paling efektif mencegah dan menurunkan penyebaran virus Covid-19 Omicron adalah:

  • Menjaga jarak fisik sejauh setidaknya 1 meter dari orang lain;
  • Memakai masker dengan benar;
  • Membuka jendela untuk meningkatkan ventilasi;
  • Menghindari ruangan berventilasi buruk atau ruangan yang ramai;
  • Menjaga kebersihan tangan;
  • Mengarahkan batuk atau bersin ke siku yang terlipat atau tisu;
  • Menerima vaksin saat sudah tiba giliran divaksinasi.

Itulah gejala utama Covid-19 Omicron dan cara mencegah penularan virus corona varian baru tersebut. Tetap patuhi protokol kesehatan, agar pandemi Covid-19 semakin terkendali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×