Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa (cadev) Indonesia mencapai US$ 126,7 miliar pada Oktober lalu, atau naik US$ 2,4 miliar dari posisi bulan sebelumnya. Peningkatan cadev terutama didorong oleh penerbitan surat utang valas atau global oleh pemerintah pada akhir Oktober lalu, serta penerimaan valas lainnya.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menilai, peningkatan tersebut juga disebabkan oleh tidak adanya pengeluaran valas yang signifikan oleh BI yang biasanya menggerus cadev. “Tidak ada tambahan pengeluaran untuk intervensi pasar valas dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah,” tutur Piter, Kamis (7/11).
Nilai tukar rupiah, lanjut Piter, memang relatif stabil bahkan cenderung menguat sepanjang tiga bulan terakhir. Hari ini misalnya, kurs rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 13.998 per dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Rupiah kembali menguat di bawah Rp 14.000 per dolar AS
Dengan kondisi rupiah yang stabil cenderung menguat ini, Piter memperkirakan posisi cadev sampai dengan akhir tahun akan tetap aman, bahkan meningkat. Kebijakan moneter yang longgar secara global menyebabkan likuiditas semakin besar dan aliran modal asing tetap kuat ke pasar domestik sehingga nilai tukar rupiah pun terus tertopang.
“Saya cukup meyakini rupiah bisa makin menguat lebih jauh ke bawah Rp 14.000 per dolar AS. mungkin ke kisaran Rp 13.950 per dolar AS di akhir tahun nanti,” tandas Piter.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga memperkirakan nilai tukar rupiah akan semakin kuat menuju akhir tahun. Tapi, Sri Mulyani tak menyebut pada rentang nilai berapa penguatan rupiah .
“Nilai tukar rupiah dalam posisi relatif stabil dengan policy yang sudah dilakukan BI sejauh ini. Sampai akhir tahun diperkirakan rupiah tetap stabil bahkan berpotensi apresiasi,” kata Sri Mulyani.
Baca Juga: Kemenkeu tengah lakukan investigasi terkait munculnya dana desa fiktif
Sementara Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) menyebut, rupiah sepanjang Oktober mencatat apresiasi 1,18% secara point to point dibandingkan dengan level akhir September 2019.
Perry mengungkapkan, penguatan rupiah didukung oleh aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut dan bekerjanya mekanisme permintaan dan pasokan valas dari para pelaku usaha. BI melihat penguatan rupiah ditopang oleh prospek aliran masuk modal asing ke Indonesia yang tetap terjaga seiring dengan prospek ekonomi domestik yang baik dan imbal hasil yang menarik, serta dampak positif kebijakan moneter longgar di negara maju.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News