Reporter: Rika Panda | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Memasuki masa panen raya padi, Perum Bulog mulai gencar membeli beras dari petani. Sampai 24 Februari 2012 lalu, perusahaan pelat merah ini sudah meneken kontrak penyerapan beras sebanyak 45.800 ton.
Sutarto Alimoeso, Direktur Utama Bulog, mengatakan kontrak penyerapan beras dalam negeri itu bersasal dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, pengepul, dan penggiling. Dari kontrak tersebut, yang sudah masuk ke dalam gudang Bulog baru 31.148 ton beras.
Untuk penyerapan beras komersil, Sutarto bilang, perusahaannya telah menyerap lebih dari 5.100 ton. “Ini beras yang Bulog serap selama panen di Februari,” katanya, akhir pekan lalu.
Sedangkan untuk penyalurannya, sepanjang Januari hingga Februari, Sutarto mengungkapkan, Bulog sudah mendistribusikan 784.000 ton beras. Rnciannya, untuk operasi pasar (OP) sebanyak 184.000 ton dan program Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin) 600.000 ton. "Bayangkan, kalau tidak ada penyaluran dari Bulog, harga beras bisa lebih mahal," ujarnya.
Khusus untuk OP, Sutarto menjelaskan, jumlah beras yang Bulog distribusikan terbilang sangat tinggi. Soalnya, hanya dalam tempo dua bulan saja, mereka sudah menyalurkan 184.000 ton. Padahal, selama 2011 saja, Bulog cuma menjual beras lewat operasi pasar 300.000 ton.
OP antara lain di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Di tempat ini, saban hari harus tersedia 30.000 ton stok beras. Dan, sebanyak 30% di antaranya berasal dari Bulog, baik melalui OP maupun penjualan beras komersil.
Dengan penyaluran ini, menurut Sutarto, tidak ada persaingan untuk mengerek harga beras. Justru memiliki tujuan yang sama untuk mengendalikan harga.
Meski pemerintah menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) beras tahun ini sebesar 30% menjadi Rp 6.600 per kilogram, Sutarto berjanji, Bulog bakal tetap gencar menyerap beras dari petani. BUMN itu sudah berkomitmen menyediakan beras di tahun 2012 sebanyak 5,7 juta hingga 6,2 juta ton.
Dengan rincian, untuk penyaluran Raskin sebanyak 3,7 juta ton dan penjualan komersil 500.000 ton beras. Sisanya, sebagai cadangan sebanyak 1,5 juta -2 juta ton.
Namun, selain HPP beras, optimal atau tidaknya Bulog menyerap beras dari petani tahun ini juga bergantung dari kemampuan produksi beras nasional. Kalau produksi melimpah ruah, kebutuhan beras negara kira tidak lagi tergantung dari impor beras.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News