kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BPS sebut 7,95% masyarakat Indonesia rawan pangan


Kamis, 07 November 2019 / 20:10 WIB
BPS sebut 7,95% masyarakat Indonesia rawan pangan
ILUSTRASI. Sejumlah petani memanen sayur sawi caisim di lahan persawahan kawasan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (21/10/2019). Petani setempat mengaku, sejak sepekan terakhir harga sawi caisim turun menjadi Rp2.500 per kilogram dari harga sebelumnya Rp


Reporter: Vendi Yhulia Susanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, angka prevalensi kekurangan konsumsi pangan (prevalence of undernourishment/PoU) pada 2018 sebesar 7,95%. Angka ini sejalan dengan angka kemiskinan di Indonesia, yang saat ini hanya sekitar 9,62%.

"Artinya ada 7,95% orang Indonesia yang rawan pangan," kata Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS, Gantjang Amannullah kepada Kontan, Rabu (6/11).

Gantjang mengatakan, kekurangan konsumsi pangan yang dimaksud adalah kekurangan asupan kalori dengan batasan MDER (Minimum Dietary Energy Requirements). Mulai dari kekurangan sedikit sampai dengan banyak (kelaparan) dikategorikan (termasuk) prevalens. Selain itu persentase PoU dipengaruhi oleh budaya dan adat istiadat serta keadaan anggota rumah tangga.

Baca Juga: Dorong DPK, Bank BTN merelokasi kanwil Jawa Timur

Selain itu, berdasarkan data Global Food Security Index (GFSI) Report 2018 menempatkan Indonesia di posisi 65 dari 113 negara. Indonesia naik 4 tingkat dari tahun sebelumnya di posisi 69 pada tahun 2017.

Peringkat Indonesia masih lebih baik dari India (peringkat 76), Kamboja (peringkat 85), Myanmar (peringkat 82), Laos (peringkat 95), Bangladesh (peringkat 83), Nepal (peringkat 79), Pakistan (peringkat 77), Filiphina (peringkat 70), Tajikistan (peringkat 91), Sri Lanka (peringkat 67), Uzbekiztan (peringkat 80).

Akan tetapi, Indonesia masih jauh tertinggal dari Singapura (peringkat 1), Australia (peringkat 6) dan New Zealand (peringkat 15).

Baca Juga: Kemenperin siapkan dana US$ 31,5 miliar untuk benahi industri manufaktur yang kritis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×