Reporter: Hans Henricus , Roy Franedya | Editor: Edy Can
JAKARTA. Bayangan gelap inflasi yang membuntuti kenaikan tarif dasar listrik (TDL) membuat ngeri Badan Pusat Statistik (BPS). Makanya, selain dampak langsung ke inflasi yang diprediksi mencapai 0,22%, BPS juga meminta pemerintah mewaspadai dampak tidak langsung kenaikan tarif setrum tersebut.
Kepala BPS Rusman Heriawan mengungkapkan, pengusaha akan mengerek harga jual produk mereka sebagai buntuk kenaikan TDL mulai 1 Juli 2010 lalu. Cuma, ia belum mau memprediksi sumbangan dampak tidak langsung kenaikan TDL terhadap laju inflasi.
Dampak tidak langsung itu sangat tergantung dari reaksi dunia usaha atas kenaikan TDL. "Apakah mereka akan menaikkan harga jual barang dan jasanya," ujarnya usai rapat perkembangan makro ekonomi di Istana Wakil Presiden, akhir pekan lalu.
Menurut Rusman, semua pihak hanya bisa berharap, dunia usaha menghitung dengan berimbang alias proporsional apabila terpaksa menaikkan harga jual produk mereka. "Katakanlah ada ruang untuk menaikkan, tetapi ikut bertanggungjawablah," imbuhnya.
Kalau kenaikan harga barang dan jasa terjaga, Rusman bilang, pengaruh kenaikan TDL tidak bertumpuk dan melebar ke mana-mana. Ia menambahkan, dampak inflasi akibat kenaikan TDL sebesar 10% terhadap konsumen akan mulai terasa bulan Agustus mendatang dan bulan-bulan setelahnya.
Sementara itu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengamini kekhawatiran Rusman. Menurutnya, kenaikan TDL memicu kekhawatiran dunia usaha karena akan mendorong lonjakan komponen biaya listrik untuk produksi.
Biaya listrik, Mari menjelaskan, memberi kontribusi sekitar 5% dari total biaya produksi. Jadi, "Proporsi 5% dari cost itu bisa naik 10% akibat kenaikan TDL," ujar Mari.
Meski begitu, Mari juga meminta dunia usaha menghitung dengan cermat. "10% kan kenaikan rata-rata, pasti berbeda dampaknya ke sektor tertentu," terangnya.
Pejabat Sementara Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution membenarkan akan terjadi hentakan inflasi dalam dua tiga bulan ke depan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Yakni, kenaikan TDL, harga pangan dan kebutuhan lainnya.
Namun, Darmin menuturkan, harga bahan makanan akan kembali bergerak turun pada kuartal keempat nanti. Makanya, "Kenaikan inflasi yang akan terjadi masih dalam jangkauan proyeksi BI, yakni 5% plus minus 1%," katanya. Karena itu, ia menambahkan, bank sentral belum perlu melakukan perubahan kebijakan moneter untuk mengerem dampak inflasi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News