kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.205   64,04   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,22   1,12%
  • LQ45 878   12,25   1,41%
  • ISSI 221   1,22   0,55%
  • IDX30 449   6,60   1,49%
  • IDXHIDIV20 540   5,96   1,12%
  • IDX80 127   1,50   1,19%
  • IDXV30 135   0,68   0,51%
  • IDXQ30 149   1,81   1,23%

BPS: Krisis Pangan dan Energi Global Beri Tekanan ke Inflasi Indonesia


Senin, 01 Agustus 2022 / 13:20 WIB
BPS: Krisis Pangan dan Energi Global Beri Tekanan ke Inflasi Indonesia
ILUSTRASI. Logo Badan Pusat Statistik (BPS). BPS menyebut, krisis pangan dan energi yang terjadi di dunia internasional memberikan tekanan terhadap inflasi domestik di sepanjang tahun 2022.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, krisis pangan dan energi yang terjadi di dunia internasional memberikan tekanan terhadap inflasi domestik di sepanjang tahun 2022.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, tekanan ini juga sebenarnya terlihat dari inflasi pada bulan Juli 2022 yang kembali meningkat. BPS mencatat, inflasi pada bulan Juli 2022 sebesar 0,64% mom atau secara tahunan mencapai 4,94% yoy.

“Krisis pangan dan energi yang terjadi secara gobal memang memberi tekanan pada inflasi domestik, bahkan di sepanjang tahun 2022. Khususnya komponen energi yang terus menguat,” tutur Margo dalam pembacaan hasil inflasi Juli 2022, Senin (1/8) secara daring.

Baca Juga: Dipicu Kenaikan Harga Cabai, DRI Perkirakan Inflasi Juli 2022 Sebesar 0,62% MoM

Peningkatan harga kedua kelompok ini terlihat dari indeks harga komoditas global komponen energi yang pada Juni 2022 sebesar 171,24 atau meningkat dari 160,92 pada bulan Mei 2022.

Peningkatan harga energi di level ini akhirnya membuat pemerintah menaikkan harga-harga energi domestik, khususnya bahan bakar minyak (BBM) dan gas non subsidi. Serta tarif listrik golongan rumah tangga R2 atau dengan daya 3.500 VA ke atas serta golongan pemerintah.

Margo memerinci, untuk harga Pertamax turbo saja tercatat rata-rata naik sebesar 12%, kemudian Dexlite naik 16%, Pertamina Dex naik 20%, serta gas LPG 12 kg naik 14%. Pun harga listrik golongan rumah tangga R2, R3, dan pemerintah P1 dan P3 menunjukkan rata-rata kenaikan 17,64% dan golongan pemerintah P2 naik 36,61%.

Sedangkan harga pangan, mencatat indeks sebesar 151,50 atau lebih rendah dari 159,04 pada bulan Mei 2022. Namun, ini masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2021.

Nah, selain karena gangguan rantai pasok dunia dan meningkatnya sejumlah harga pangan global, inflasi pangan di dalam negeri juga disebabkan oleh adanya anomali cuaca yang menyebabkan gangguan suplai.

Sebut saja di sentra-sentra produksi seperti Cianjur, Garut, Brebes, dan Banjarnegara. Ada curah hujan yang masih tinggi dan sangat tinggi sehingg amenyebabkan gagal panen komoditas cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. Ketiga komoditas ini juga menyumbang andil terhadap inflasi umum Juli 2022.

Meski begitu, Margo meyakini pemerintah sudah mengambil langkah-langkah yang bisa mengantisipasi dampak peningkatan harga ini terhadap konsumsi masyarakat. “Seperti terkait dengan energi, pemerintah sudah meredam inflasinya dengan memberikan subsidi,” imbuhnya.

Baca Juga: Inflasi Juli 2022 Hampir Sentuh 5%, Tertinggi Sejak Oktober 2015

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×