kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

BPJS Kesehatan Alokasikan Rp 750 Miliar untuk Pengobatan Tiroid Sepanjang 2023


Selasa, 05 November 2024 / 21:10 WIB
BPJS Kesehatan Alokasikan Rp 750 Miliar untuk Pengobatan Tiroid Sepanjang 2023
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono saat peluncuran White Paper Tiroid.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah mengeluarkan Rp 750 miliar dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk pengobatan kelainan tiroid sepanjang tahun 2023. Pernyataan ini disampaikan Dante dalam acara Konferensi Pers Peluncuran White Paper Tiroid dan diskusi di Jakarta Selatan.

"Klaim JKN untuk layanan tiroid mencapai Rp 750 miliar di tahun 2023. Ini menunjukkan bahwa kelainan tiroid perlu lebih diidentifikasi," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Selasa (5/11).

Dante menjelaskan bahwa berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi (USG), sekitar 70 persen populasi Indonesia memiliki benjolan pada kelenjar tiroid. "Kira-kira 70 persen dari populasi ada benjolan di tiroidnya, jika di-skrining dengan USG," tambahnya.

Baca Juga: BPJS Kesehatan Klarifikasi Isu Dugaan Kerugian Rp20 Triliun dalam Program JKN

Pada pemeriksaan cadaver, ditemukan pula sekitar 50 persen kasus dengan benjolan tiroid. Dari temuan tersebut, sekitar 5 persen menunjukkan gejala keganasan atau potensi menjadi kanker. 

Namun, masih banyak masyarakat yang kurang paham tentang kelainan tiroid dan dampaknya. Tidak jarang, gejala tiroid yang dirasakan disalahartikan sebagai penyakit lain, seperti gangguan jantung. Misalnya, pasien dengan gejala deg-degan yang sebenarnya disebabkan oleh hipertiroid kerap mengira mereka mengalami masalah jantung.

Selain itu, Dante juga menambahkan bahwa gejala hipotiroid yang meliputi obesitas, lemas, kurangnya aktivitas fisik, serta gangguan pertumbuhan pada anak sering kali tidak disadari sebagai masalah tiroid. "Literasi masyarakat tentang hipotiroid, hipertiroid, dan benjolan tiroid masih rendah," ujarnya.

Untuk menekan biaya pengobatan, pemerintah berencana meluncurkan program skrining tiroid gratis yang akan diberikan kepada balita setiap tahun saat ulang tahun mereka, mulai 2025. Skrining ini menjadi bagian dari program skrining kesehatan gratis bagi masyarakat yang berulang tahun, sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan deteksi dini kelainan tiroid.

Baca Juga: ESG RS Hermina (HEAL), Menuju Rumahsakit Green dan Smart

Selanjutnya: IHSG Naik 0,17% ke 7.491, Ini Saham Top Gainers dan Losers pada Selasa (5/11)

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (6/11): Cerah Hingga Diguyur Hujan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×