kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Bos Lippo James Riady kunjungi para pengungsi migran pencari suaka


Sabtu, 20 Juli 2019 / 22:57 WIB
Bos Lippo James Riady kunjungi para pengungsi migran pencari suaka


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendiri dan Ketua Pembina Universitas Pelita Harapan James Riady memantau kondisi para pengungsi migran pencari suaka yang ada di Jalan Bedugul, kompleks Daan Mogot Baru Kelideres, Jakarta Barat, Sabtu (20/7).

Dalam kunjungannya James meninjau langsung fasilitas dalam tempat penampungan seperti musala, MCK, air bersih, dan fasilitas tenda pengungsi dan pelayanan kesehatan dari Pemerintah Kota Jakarta Barat.

Baca Juga: Lengan Bisnis Grup Lippo di Singapura Mengakuisisi Perusahaan Pengelola Restoran

Setelah berkeliling dan berbicara dengan beberapa pengungsi, James menyebut para imigran mengungsi meninggalkan negara mereka karena masalah keamanan, seperti perang, konflik etnis, dan juga agama.

“Mereka mengharapkan suatu hari ke depan lebih baik. PBB ada program menyalurkan pengungsi ke beberapa negara yang menandatangani dan menyetujui resmi terbuka bahwa mereka menerima pengungsi, dan karena itulah mereka juga berani keluar uang buat keluar dari negaranya,” jelas James dalam keterangannya.

Baca Juga: John Riady: Lippo Karawaci (LKPR) Tidak Berencana Menjual Asiatic Sejahtera Finance

Menurut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pendidikan dan Kesehatan itu, banyak dari mereka bukan kriminal seperti anggapan banyak orang. Bahkan di antaranya. Di antara mereka terdapat beberapa pengungsi yang cukup terpelajar, dan juga ada orang-orang yang cukup kompeten di bidangnya.

Namun sayangnya, proses negara yang sepakat dan menandatangani konferensi itu secara administratif berjalan lamban. Sementara Indonesia jadi tempat penampungan yang dianggap aman, walau kesiapannya belum matang.

“Tadi kita mendengar, mereka sangat mengapresiasi upaya pemerintah DKI yang diberikan. Mereka dulu hanya tidur di jalanan, sekarang sudah ada tempat meski memang tempatnya sangat kecil. Tempatnya bisa muat hanya 50-100 orang, tetapi ini menampung 1.400 orang. Dari sisi tempat kita apresiasi. Namun seperti toilet kurang, airnya kurang,” ungkapnya.

Baca Juga: Mochtar Riady: Ada Teman-Teman Menantang Saya

Untuk itulah, James sengaja datang untuk mendengar harapan para pengungsi. Selain logistik, kebutuhan terpenting yang harus segera ditangani adalah pendidikan dan juga kesehatan.

“Masalah yang lebih besar lagi adalah pendidikan untuk anak. Setengah dari para pengungsi ini adalah anak-anak, yang selama ini kurang pendidikan formal dan non-formal. Setiap bulan, setiap tahun mereka tidak dapat pendidikan, itu auto missing generation (generasi yang hilang),” terangnya.

“Fasilitas kesehatan juga tidak memadai. Memang ada puskesmas, 20 menit dari sini, tetapi pakai uang. Pada akhirnya, mereka mengharapkan solusi yang permanen. Tadi masukan kita tampung semua, nanti kita godok apa yang bisa dilkakukan,” tambahnya.

Baca Juga: John Riady: Saya ingin membangun Lippo menjadi regional champion

Dirinya pun berharap, masyarakat juga dapat memberikan uluran tangan untuk membantu dan menunjukkan respon yang positif.

“Bagaimana peran kita sebagai orang Indonesia. Suatu hari pasti mereka nanti akan ke mana-mana, 14.000 orang (pengungsi) yang telah diberikan kasih sayang, nanti bisa menjadi duta Indonesia yang baik juga,” jelasnya.

Baca Juga: Pertaruhan Keluarga Riady di Lippo Karawaci

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×