kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BNPB: 40,9 juta warga terancam banjir dan longsor


Senin, 20 Juni 2016 / 17:52 WIB
BNPB: 40,9 juta warga terancam banjir dan longsor


Sumber: TribunNews.com | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Hingga September mendatang, sebagian besar wilayah di Indonesia akan diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Fenomena tersebut diakibatkan oleh La Nina.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, fenomena tersebut juga yang menyebabkan bencana banjir dan longsor melanda Jawa Tengah, kemarin, hingga menewaskan 43 orang.

"Fenomena ini diprediksi berlangsung sampai September, dikhawatirkan bencana banjir dan longsor masih terjadi," kata Sutopo dalam konfrensi pers di kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (20/6).

Di Indonesia, ada 274 Kabupaten/Kota yang berada di daerah yang berpotensi terdampak bencana longsor. Total penduduk yang berpotensi menjadi korban adalah 40,9 juta orang, atau sekitar 17,2%.

Dari 40,9 juta warga yang berpotensi menjadi korban, 4,28 juta di antaranya adalah balita, 323.000 penyandang diasbilitas dan 3,2 juta lansia. "Umumnya mereka tinggal di daerah yang infrastrukturnya terbatas, sehingga bila terjadi bencana, evakuasi akan sulit," terang Sutopo.

BNPB mencatat ada jutaan orang yang tinggal di rumah, yang lokasinya tidak jauh dari perbukitan terjal, yang rawan terjadi bencana. Kata Sutopo pemerintah sudah memperingatkan warga, namun mereka bersikeras tinggal di tempat tersebut. "Trennya pun meningkat, makin banyak penduduk yang tinggal di lereng lereng," ujarnya.

Faktor pendukung peningkatan tren tersebut adalah kemiskinan serta urbanisasi, yang memaksa warga tinggal di daerah lereng. Selain itu, komitmen penanggulangan bencana dari pemerintah setempat yang rendah, juga mendorong kecenderungan tersebut. (Nurmulia Rekso Purnomo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×