Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perum Bulog mengaku mendapat hambatan dalam melakukan importasi beras untuk cadangan beras pemerintah (CBP).
Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita menyebutkan beberapa alasan. Pertama, melemahnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan harga beras impor sama tingginya dengan harga beras dalam negeri.
Kedua, adanya beberapa negara produsen yang mulai membatasi keran ekspor beras salah satunya yaitu India.
Baca Juga: Ada El Nino, Impor Beras Bisa Membengkak pada Tahun Depan
"Saat ini sumber utama kita yang masuk dari Thailand, Pakistan, Vietnam dan Myanmar," kata Febby pada Kontan.co.id, Minggu (18/11).
Selain itu, Indonesia kini juga harus bersaing dengan negara-negara Eropa yang mulai gencar mengimpor beras dengan harga lebih tinggi dari Indonesia. Hal ini berkaitan dengan memanasnya hubungan geopolitik Rusia dan Ukraina yang berdampak pada pembatasan ekspor gandum.
Imbasnya kata Febby, beberapa negara tujuan impor melakukan pembatalan ekspor ke Indonesia. Namun, pihaknya memastikan impor beras untuk stok CBP sebanyak 1,1 juta ton di akhir tahun dan bantuan pangan beras sudah terkontrak dan tinggal menunggu kedatangannya saja.
Baca Juga: Geber Realisasi Impor Beras, Pelindo Sediakan Layanan Operasional Nonstop
"Intinya Bulog akan memaksimalkan pemenuhan kuotanya karena kita juga harus perhatikan juga tingginya load freight di negara-negara pengirim," kata Febby.
Diketahui, Bulog mendapatkan penugasan impor beras sebanyak 3,5 juta ton pada tahun ini.
Dari totol tersebut, 1,5 juta ton diantaranya adalah penugasan tambahan yang diberikan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menstabilkan harga beras termasuk pemberian bantuan pangan beras yang diperpanjang hingga Juni 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News