Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada pekan depan dikhawatirkan dapat menyulut inflasi tinggi dan menekan daya beli masyarakat.
Ekonom Center Of Reform On Economics Piter Abdullah mengatakan rencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dapat berdampak pada inflasi.
"Kenaikan BBM subsidi bukan solusi, menaikkan BBM dalam kondisi sekarang berapapun besarnya akan memicu lonjakan inflasi," kata Piter pada kontan.co.id, Jum'at malam (19/8).
Lebih lanjut kenaikan inflasi dapat menggerus daya beli masyarakat dan mengganggu proses pemulihan ekonomi. Seperti diketahui, Indonesia sekarang tengah berjuang agar ekonomi dapat cepat pulih sesegera mungkin.
Baca Juga: Pemerintah akan Umumkan Kenaikan Harga BBM Pertalite Pekan Depan
Menurut Piter saat ini kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak dalam keadaan darurat, yang artinya pemerintah masih sanggup untuk tidak menaikkan harga BBM subsidi.
Namun untuk mengurangi beban anggaran subsidi, pemerintah dapat membatasi konsumsi BBM subsidi dengan memperbaiki mekanisme distribusinya agar tepat sasaran. "Ini adalah alternatif solusinya," tegas Piter.
Untuk diketahui, Pemerintah tengah menggodok rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Kenaikan ini sebagai respons atas tingginya harga minyak mentah dunia yang semakin menggila.
Dalam APBN tahun 2022 nilai subsidi untuk sektor energi termasuk di dalamnya adalah BBM, LPG dan listrik mencapai Rp 502,4 triliun.
Baca Juga: Menko Luhut: Presiden Akan Umumkan Kebijakan Terbaru Soal BBM Minggu Depan
Asal tahu saja, nilai subsidi Rp 502,4 triliun itu terancam bertambah jika pemerintah tidak menaikkan harga BBM subsidi. Selain itu juga kondisi saat ini kuota BBM subsidi seperti pertalite dan solar terancam punah.
Sampai Juli 2022 ini, kuota BBM Pertalite tersisa 6,2 juta Kilo Liter (KL) dari kuota sampai akhir tahun yang mencapai 23 juta KL. Sementara untuk konsumsi Solar subsidi hingga Juli 2022 sudah mencapai 9,9 juta KL dari kuota tahun ini sebesar 14,91 juta KL. Dengan begitu, maka sisa kuota Solar subsidi hingga Juli tinggal 5,01 juta KL.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News