kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI rate seharusnya turun


Selasa, 28 Juli 2015 / 15:29 WIB
BI rate seharusnya turun


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Hendri Saparini menuturkan, kebijakan moneter harusnya nyambung dengan kebijakan di sektor riil dan kebijakan fiskal. Dengan perkembangan inflasi yang rendah, seharusnya Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan atau BI rate.

Inflasi pada bulan Juni tercatat sebesar 0,54%. Bagi Hendri, ini terbilang rendah. Sebab, biasanya inflasi pada bulan puasa atau jelang Lebaran selalu tinggi. "Lebaran inflasi rendah. Biasanya tinggi. Apalagi ada tahun ajaran baru sekolah," kata Hendri dalam diskusi bertajuk "Managing Economic Slowdown", Selasa (28/7/2015).

Inflasi tahun kalender, dari Januari hingga Juni 2015 juga sangat rendah hanya 0,96%. Sementara itu pada periode yang sama tahun sebelumnya, laju inflasi cukup tinggi yakni mencapai 1,99%. "Saya khawatir inflasi rendah ini cerminan dari daya beli yang turun," sambung Hendri.

Penurunan daya beli masyarakat sangat terasa di tahun ini, dan belanja masyarakat sangat tergantung dari APBN. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengatakan, tahun ini belanja APBN masih sedikit, sementara belanja masyarakat juga masih sangat rendah.

"Biasanya pada saat Lebaran, gudang-gudang kosong, bukan hanya sektor tekstil, tapi juga otomotif, makanan dan minuman. Tapi tahun ini masih penuh," ucap Ade.

Saat ini suku bunga acuan Bank Indonesia masih dipertahankan di level 7,5 persen, sejak Februari 2015. Selain suku bunga acuan, kebijakan lain juga dituding menghambat konsumsi seperti LTV (Loan to Value). (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×