kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

BI punya garis pertahanan kedua US$ 112 miliar untuk jaga rupiah


Kamis, 09 Agustus 2018 / 18:04 WIB
BI punya garis pertahanan kedua US$ 112 miliar untuk jaga rupiah
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia (BI)


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelojak nilai tukar rupiah masih akan menjadi fokus Bank Indonesia (BI) dalam jangka pendek. Cadangan devisa (cadev) Indonesia memang terus tergerus, tetapi Bank Indonesia (BI) masih punya garis pertahanan kedua (second line of defense) yang juga merupakan Jaringan Pengaman Keuangan Internasional (JPKI).

Yang terbaru, posisi cadev Indonesia sebesar US$ 118,3 miliar di akhir Juli lalu. Dengan demikian, sepanjang Januari-Juli 2018, cadev Indonesia telah terkikis US$ 11,9 miliar.

Meski begitu, Indonesia memiliki second line of defense mencapai US$ 112 miliar. "Kita punya second line of defense yang jumlahnya US$ 112 miliar. Itu sangat besar," kata Direktur Departemen Internasional Erwin Haryono, Kamis (9/8).

Angka itu berasal dari fasilitas tingkat global yang bisa di dapat Indonesia, yaitu berupa Flexible Credit Line (FCL) yang disediakan oleh International Monetary Fund (IMF). Menurut Erwin, fasilitas FCL yang diberikan IMF sebenarnya tidak terbatas dan bebas syarat. Asalkan, negara yang mengajukan, dianggap sebagai negara yang pantas (eligible) oleh IMF.

"Yang paling rendah yang bisa kita ambil (dari FCL IMF) US$ 66,6 miliar. Jadi US$ 112 miliar adalah jumlah paling konservatif yang bisa kita dapat kalau kita mau gunakan second line of defense," tambahnya.

Selain itu, angka tersebut juga berasal dari fasilitas swap arrangement di tingkat regional, yaitu berupa Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM), yaitu antara Indonesia dengan Asean + 3 (Jepang, China, dan Korea). Nilainya, mencapai US$ 22,76 miliar.

Indonesia juga masih memiliki fasilitas swap arrangement di tingkat bilateral, yaitu kerjasama swap arrangement dengan Jepang senilai US$ 22,76 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×