Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menyarankan Bank Indonesia (BI) perlu sosialisasi secara intensif kepada para eksportir dan importir terkait kerjasama local currency settlement antara BI dengan Bank Negara Malaysia dan BI dengan Bank of Thailand. Kebijakan ini diyakini bisa menekan penggunaan dollar Amerika Serikat (AS).
Lana mengatakan, saat ini porsi perdagangan Indonesia dengan Malaysia dan Thailand masih terbilang rendah. Sebab, mitra dagang terbesar Indonesia adalah China, Amerika Serikat, Jepang dan Singapura.
Bahkan perdagangan Indonesia dengan China yang sudah bisa menggunakan mata uang yuan, belum dimanfaatkan sepenuhnya. Namun, hingga saat ini pengunaan yuan hanya 3% dari total transaksi perdagangan Indonesia dengan China.
Tak hanya itu, pelaku usaha di dalam negeri juga masih lebih senang menggunakan dollar AS dalam menjalankan usahanya, baik ekspor maupun impor. Bahkan, para eksportir memiliki rekening di Singapura. "Akan tetapi kalau dijalankan secara intensif, lebih bagus bisa mengurangi dollar," kata Lana saat dihubungi, Jumat (23/12).
Oleh karena itu menurut Lana, menjadi tantangan bagi BI untuk sosialisasikan mata uang lokal kepada para pelaku perdagangan internasional di dalam negeri secara intensif. Tak hanya itu, BI juga perlu melakukan sosialisasi penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional kepada perbankan di dalam negeri.
Sebab menurutnya, dalam transkasi perdagangan internasional, jika eksportir menggunakan mata uang negara Malaysia atau Thailand maka bank harus menukar mata uang tersebut ke dalam rupiah, baru kemudian ke dalam dollar AS. "Maka biaya transaksi juga harus dipertimbangkan," tambahnya.
Ia memperkirakan, jika pengunaan mata uang lokal dalam perdagangan dan investasi dilakukan secara intensif maka dalam jangka panjang likuditas mulai ada dan perbankan akan terbiasa. Pada saat itulah penggunaan dollar AS bisa ditekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News