Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimis kebijakan makro ekonomi pada tahun 2019 ini akan pro stabilitas dengan kebijakan pre-emptive dan ahead the curve. Karena itu, BI optimis inflasi bakal terkendala dikisaran 3,5% dan nilai tukar rupiah sesuai asumsi APBN 2019 sebesara R 15.000 per dollar.
Gubernur BK Perry Warjiyo memperkirakan, rupiah akan bergerak stabil karena didorong faktor eksternal yakni kebijakan The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan lebih dovish di tahun 2019. Ia memproyeksikan The Fed hanya menaikkan suku bunga sebanyak dua kali.
Sementara dari sisi internal seperti lain defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) diperkirakan lebih rendah ketimbang 2018. Juga adanya mekanisme pasar valuta asing (valas) seperti spot, swap maupun Domestic Non-deliveable Forward (DNDF). "Nilai tukar depresiasi 5,9%, jauh lebih rendah dari depresiasi India atau pun Brasil, Afrika Selatan, Turki dan Argentina," ungkap Perry di kompleks gedung BI, Rabu (2/1).
CAD diperkirakan lebih rendah dari 2018. Secara keseluruhan BI memprediksi CAD 2018 dikisaran 3%, sedangkan 2019 diperkirakan 2,5% dari produk domestik bruto (PDB).
"Namun pada saat yang sama makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran, dan ekonomi syariah akan pro pertumbuhan. Kami menempuh kebijakan akomodatif di bidang itu untuk mendorong ekonomi," ungkap Perry.
Oleh karena itu, di makroprudensial BI akan mengkaji relaksasi instrumen untuk mendorong sejumlah sektor seperti pariwisata, ekspor maupun usaha mikro kecil menengah (UMKM). "Juga mendorong perbankan tidak hanya reader funding tapi whole sale funding, pembiayaan tidak hanya kredit tetapi juga obligasi korporasi," tambah dia.
Dengan demikian, BI kembali menegaskan pertumbuhan ekonomi di 219 diperkirakan 5,2%. Lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan ekonomi 2018 yang sebesar 5,1%. "Perlu ditegaskan dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumber pertumbuhan ekonomi domestik cukup kuat, baik dari konsumsi atau inflasi," jelas Perry.
Dia memperkirakan konsumsi masih bisa mencapai 5,2%, termasuk dari dampak pemilu. Sedangkan investasi diperkirakan bisa tumbuh 7%. "Permasalahannya adalah net external demand masih negatif," imbuhnya.
Kredit perbankan diperkirakan tumbuh 10-12% di 2019, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) dikisaran 8-10% pertumbuhannya. BI mengatakan akan terus berkomitmen menjaga likuiditas perbankan cukup untuk menyalurkan kredit membiayai perekonomian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News