CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global pada Tahun 2022 Menjadi 3,5%


Selasa, 19 April 2022 / 14:27 WIB
BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global pada Tahun 2022 Menjadi 3,5%
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2022, seiring dengan masih tingginya ketidakpastian global. 

Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 berada di kisaran 3,5% yoy, atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,4% yoy. 

Perry menyebut, ketidakpastian global ini masih bersumber dari ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Sedangkan, sumber ketidakpastian sebelumnya yang adalah krisis kesehatan Covid-19, sudah mulai mereda. 

“Berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia Ukraina ini berdampak pada pelemahan transaksi perdagangan, kenaikan harga komoditas, dan ketidakpastian pasar keuangan global,” tutur Perry dalam pembacaan hasil Rapat Dewan Gubernur BI April 2022, Selasa (19/4). 

Baca Juga: BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI di Tahun 2022 Jadi 4,5%-5,3%

Perry menambahkan, ketegangan dua negara ini juga menekan pertumbuhan negara-negara seperti Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, China, dan bahkan India. Ini kemudian menyebabkan volume perdagangan dunia lebih rendah, ditambah dengan adanya gangguan rantai pasokan yang masih berlangsung. 

Lebih lanjut, tekanan pada perekonomian global juga datang dari tekanan inflasi. Peningkatan harga komoditas termasuk energi, pangan, dan logam menyebabkan melambungnya harga di berbagai negara. Ini kemudian memaksa negara maju mulai mempercepat normalisasi kebijakan moneter. 

Akibatnya, ketidakpastian di pasar keuangan global makin meningkat. Kemudian, ini mendorong terbatasnya prospek aliran modal asing, khususnya investasi portofolio dan tekanan nilai tukar di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×