Sumber: Antara | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat laju inflasi hingga pekan kedua Januari 2016 sebesar 0,75 persen, sebagian besar disumbang oleh kenaikan harga komoditas hortikultura, terutama cabai dan bawang merah.
"Pekan kedua kami memberi perhatian kepada komoditas hortikultura, khususnya cabai dan bawang merah," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di kawasan Gedung DPR, Jakarta, Senin malam.
Harga komoditas untuk cabai, terutama cabai merah, kemudian juga bawang merah, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) memang sudah mengalami kenaikan sejak Desember 2015. Kenaikan harga bahan makanan bergejolak (volatile food) tersebut diperkirakan karena terkendalanya pasokan dari sentra-sentra produksi.
Jika merujuk data BPS, kenaikan harga kedua komoditas tersebut mencapai 43 persen dan 36 persen pada Desember 2015, dan menjadi pemicu utama inflasi dari kelompok makanan pada bulan tersebut.
Agus mengatakan, dalam dua pekan sisa Januari 2016, pemerintah juga perlu mengantisipasi tekanan dari harga bahan makanan telur dan daging ayam ras. Dia menilai kebijakan pembatasan impor "grandparent stock" atau moyang unggas yang diterapkan sejak akhir 2015 akan memicu kelangkaan pasokan dan bisa mengerek harga telur dan daging ayam ras.
"Kami juga sekarang ini sudah koordinasi dengan pemerintah atau yang kami dalami adalah tentang ketersediaan jagung," ujarnya.
Selain itu, Agus juga menilai jika impor jagung belum akan dilakukan segera, sementara ketersediaan pasokan jagung dalam negeri tidak memadai, akan turut mengerek harga telur dan daging ayam.
Jika melihat Januari 2015, indeks harga konsumen justeru tercatat deflasi sebesar 0,24 persen, yang dipicu penurunan harga jasa transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Kontribusi ketiga kelompok tersebut minus hingga 4,04 persen, karena penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News