kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI: Defisit anggaran bisa dikerek 0,5%-1% PDB


Sabtu, 01 September 2012 / 07:28 WIB
BI: Defisit anggaran bisa dikerek 0,5%-1% PDB
ILUSTRASI. Pabrik Tekstil PT Pan Brothers Tbk (PBRX)


Reporter: Oginawa R Prayogo, Herlina KD | Editor: Dadan M. Ramdan

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyatakan Indonesia masih memiliki ruang fiskal dan moneter (fiscal and monetary space) yang cukup untuk menopang perekonomian di tengah krisis ekonomi global. Bahkan, BI menyebutkan defisit anggaran masih berpeluang dinaikkan lagi sekitar 0,5% - 1% dari produk domestik bruto (PDB) untuk menstimulus perekonomian.

Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan, negara-negara maju sulit mengantisipasi krisis yang melanda ekonomi mereka. Ia mencontohkan, Amerika Serikat (AS), yang tak punya ruang fiskal cukup untuk menstimulus ekonominya. Sebab, defisit anggarannya besar dan rasio utang terhadap PDB sudah lebih dari 100%. Dus, AS hanya bertumpu pada kebijakan fiskal lewat quantitative easing.

Kondisi kurang beruntung bahkan dialami negara-negara Uni Eropa. Jika AS masih memiliki ruang moneter, Uni Eropa bahkan tak punya ruang fiskal dan moneter yang cukup untuk bisa mengantisipasi krisis.

Jadi, kondisi Indonesia masih beruntung. Darmin menjelaskan, Indonesia memiliki ruang fiskal dan moneter yang cukup besar. Dari sisi defisit anggaran juga masih kecil.

Bahkan, Darmin bilang, Indonesia memiliki berkah yang justru bisa dimanfaatkan untuk memunculkan ruang fiskal baru guna menopang pertumbuhan. Berkah itu adalah perbankan yang tak efisien. "Karena perbankan kita yang tadinya tidak efisien, kita dorong agar bisa efisien," ujarnya, Jumat (31/8).

Menurut Darmin, dengan mendorong perbankan untuk lebih efisien dalam kondisi rasio kredit terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang masih rendah, dan di tengah perlambatan ekonomi global, justru membuat pertumbuhan kredit bisa ekspansif.

Di bawah batas
Dari sisi defisit anggaran, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan (APBNP) 2012 memang sudah dipatok 2,23%. Tapi, dalam RAPBN 2013, pemerintah mematok defisit anggaran sebesar 1,6% dari PDB.

Angka ini masih jauh di bawah batas maksimal defisit anggaran yang ditetapkan dalam UU APBN sebesar 3%. Darmin bilang, dengan asumsi defisit dalam RAPBN 2013 sebesar 1,62% dari PDB, artinya masih ada ruang untuk menambah defisit sampai 1%. "Kalau ditambah 1% itu kan bisa 2,5% - 2,6%," katanya.

Angka defisit ini dinilai masih lebih rendah ketimbang defisit anggaran negara lain seperti Malaysia yang ada di kisaran 4% - 5% dari PDB.
Sementara itu, Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Perekonomian yakin defisit anggaran Indonesia tahun depan sebesar 1,6% dari PDB tidak perlu ditambah, meski peluang itu terbuka. "Kami optimistis bisa tetap menjaga kehati-hatian dalam konteks mengelola fiskal," ujarnya.

Menurut Hatta, pemerintah tetap akan berhati-hati menetapkan target defisit anggaran. Pemerintah tak ingin, kalau defisit dikerek, tapi penerimaan negara tak memenuhi target, justru akan membuat defisit semakin lebar lagi.
Hatta sendiri masih yakin situasi ekonomi global tahun depan akan lebih baik dari tahun ini, seperti prediksi Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Ekonom Bank Danamon, Anton Gunawan mengatakan, memang masih ada ruang bagi pemerintah untuk menaikkan defisit anggaran pada tahun depan. Tapi, menurut dia, yang terpenting adalah realokasi anggaran.


Anton menilai, selama ini alokasi anggaran pemerintah belum merata, karena beban subsidi yang terlalu besar terutama subsidi energi. "Padahal, kalau bujet subsidi tersebut bisa dikurangi dan dialihkan ke bujet infrastruktur akan lebih efisien dan bisa mendukung pertumbuhan ekonomi," ulasnya .

Realokasi anggaran yang paling potensial adalah ke investasi dan pemeliharaan infrastruktur. Di sisi lain, jika pembangunan infrastruktur bisa lebih merata, maka akan mengurangi ongkos distribusi. Imbasnya, angka inflasi bisa diturunkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×