Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksi, neraca perdagangan Desember 2016 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (16/1) kembali mencatat surplus. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan sepanjang 2016 melebihi surplus tahun sebelumnya.
Direktur Eksekutif Departmen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, pihaknya memproyeksi surplus neraca perdagangan bulan 2016 sebesar US$ 820 juta. Dibandingkan dengan November 2016 yang US$ 837,8 juta, perkiraan surplus Desember tersebut stagnan.
Menurut Juda, surplus tersebut disebabkan oleh kinerja ekspor Desember meningkat dibanding bulan sebelumnya. Peningkatan itu didorong oleh peningkatan ekspor tekstil, tembaga, karet, dan batubara.
Peningakatan juga terjadi pada kinerja impor. Juda bilang, impor barang konsumsi mengalami kenaikan sebesar 27% dibanding bulan sebelumnya. Impor barang modal juga mengalami kenaikan 6,6% dibanding bulan sebelumnya.
"Impor bahan baku agak sedikit turun tetapi YoY (year on year) tetap naik sekitar 4%," kata Juda saat dihubungi KONTAN, Kamis (12/1) lalu.
Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) kinerja ekspor dan impor November 2016 tercatat masing-masing sebesar US$ 13,5 miliar dan US$ 12,66 miliar. Dengan demikian, ekspor dan impor kumulatif Januari-November 2016 sebesar US$ 130,65 miliar atau turun 5,63% YoY dan US$ 122,68 miliar atau turun 5,94% YoY.
Adapun neraca perdagangan Januari-November 2016 sebesar US$ 7,79 miliar. Jika proyeksi BI benar maka neraca perdagangan sepanjang 2016 akan mencapai US$ 8,61 miliar, jauh lebih tinggi dibanding 2015 yang hanya US$ 7,67 miliar.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman memproyeksi, surplus neraca perdagangan Desember 2016 turun dibanding bulan sebelumnya, yaitu sebesar US$ 767 juta. Menurutnya, penurunan surplus tersebut karena ekspor dan impor masing-masing turun 9,33% YoY dan 1,55% YoY.
Menurutnya, penurunan tersebut bukan karena fundamental ekonomi Indonesia. Akan tetapi, "karena berkurangnya hari kerja dan banyaknya hari libur di akhir tahun," kata Juniman.
Ia melanjutkan, di Desember lalu kinerja ekspor didorong oleh peningkatan harga minyak sebesar 13% dan batubara sebesar 7% dibanding bulan sebelumnya. Walaupun harga tembaga, emas, perak dan nikel menurun.
Ia memproyeksi, kinerja ekspor dan impor sepanjang tahun lalu masing-masing masih turun 4,4% YoY dan 5,4% YoY, tetapi penurunannya lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang hingga double digit.
Sementara Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra memproyeksi surplus neraca perdagangan Desember 2016 sebesar US$ 930 juta. Adapun kinerja ekspor dan impor masing-masing diperkirakan tumbuh 17,4% YoY dan 8,2% YoY.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi surplus neraca perdagangan Desember 2016 lebih besar lagi, yaitu sebesar $ 1,08 miliar. Ia juga melihat ekspor tumbuh 12,56% YoY dan impor tunbuh 2,10% YoY.
Selain karena perbaikan aktivitas manufaktur negara mitra dagang, surplus tersebut didorong oleh peningakatan harga komoditas, misalnya minyak dunia, CPO, dan karet alam. Walaupun harga batubara cenderung melemah pada akhir tahun lalu.
"Dari sisi impor khususnya impor barang modal dan bahan baku cenderung menurut ditandai dengan aktivitas manufaktur domestik yang menurun pada akhir tahun lalu," kata Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News