kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini makna tradisi mudik Imlek bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia


Selasa, 05 Februari 2019 / 13:02 WIB
Begini makna tradisi mudik Imlek bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia


Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - Mudik merupakan suatu tradisi yang kerap dilakukan banyak orang untuk bisa berkumpul dan bersama keluarga dalam merayakan momen tertentu seperti hari raya. Tak hanya Lebaran, Natal, atau Tahun Baru, momen mudik juga terjadi saat Tahun Baru Imlek, yang dilakukan keturunan Tionghoa di Indonesia.

Hal ini tidak hanya menjadi fenomena di Indonesia, tapi juga dunia dan negara asalnya, China. Dikutip dari Harian Kompas, setidaknya terdapat 200 juta jiwa orang di China yang rela menempuh ribuan kilometer dari provinsi di pantai-pantai timur dan selatan Negeri Tirai Bambu itu.

Dua wilayah pesisir ini memang menjadi magnet bagi ratusan juta warga China dari pedalaman untuk mencari nafkah. Bukan hanya liburan, momen Imlek adalah saat yang paling ditunggu- tunggu karena merupakan masa liburan paling langka dalam setahun.

Tidak heran jika jutaan orang tetap antusias untuk antre panjang memadati bandara, stasiun kereta api, dan terminal bus di daratan China. Kondisi itu juga sama halnya dengan keturunan Tionghoa yang ada di Indonesia. Mereka berbondong-bondong kembali kepada keluarga untuk berkumpul dan merayakan Imlek bersama-sama.

Tradisi Indonesia

Banyak sub-etnis Tionghoa yang ada di Indonesia, seperti Singhua, Hokian, Kanton, Khek, Hailam, Hainan, dan Lenga. Mereka tersebar di beberapa kota di Indonesia. Walau tiap sub etnis memiliki tradisi berbeda dalam merayakan imlek, momen mudik merupakan hal sama yang selalu ditunggu setiap tahunnya.

Berkumpul bersama keluarga menjadi alasan utama dari tiap acara mudik tahunan tersebut. Apa makna tradisi mudik itu? Sejarawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Yerry Wirawan mengatakan bahwa tradisi mudik sudah sangat erat bagi etnis Tionghoa, baik itu di negaranya maupun keturunan yang berada di berbagai negara.

"Karena banyaknya orang China yang menjadi perantau, sementara dalam tahun baru mereka harus memberikan hormat kepada orangtua yang biasanya di daerah asal. Karenanya muncul istilah mudik," ujar Yerry, saat dihubungi Kompas.com, akhir pekan lalu (3/2).

Hampir tak ada perbedaan antara tradisi mudik di Indonesia dan di China, karena keluarga biasanya menjadi alasan utama kepulangan para perantau ini. Mungkin hanya sebatas jumlah di saja pemudik di China yang membeludak hingga jutaan orang, dan dipersiapkan banyak transportasi.

Hal senada juga dikatakan sama oleh Ravando Lie, sejarawan dan kandidat doktor sejarah Universitas Melbourne ketika dihubungi Kompas.com beberapa waktu yang lalu.

"Tradisi mudik jelas adopsi akulturasi dari China dan di sana tradisi ini disebut 'chunyun' yang menjadi migrasi besar-besaran milyaran orang Tionghoa di China dan negara lain," ujar Revando.

Menurut dia, tradisi ini dilakukan 15 hari sebelum perayaan Imlek dan dapat berlangsung hingga 40 hari. Tradisi ini hampir mirip dengan tradisi mudik di Indonesia ketika Lebaran. Bedanya, di Indonesia waktunya lebih singkat dan libur hanya satu hari saja sedangkan di China waktunya lebih panjang.

Kebersamaan dan bersih jiwa

Jika di Amerika Serikat ada Thanksgiving, maka orang-orang Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek. Inti hari raya ini adalah agar keluarga bisa berkumpul bersama, duduk mengelilingi meja makan, untuk bersantap sembari bertukar cerita dan bersyukur atas segala hal yang telah mereka alami di tahun sebelumnya.

Ketika para pemudik sampai di rumah, mereka akan melakukan serangkaian ibadah sesuai dengan kepercayaan. Walaupun berbeda agama, konsep merayakan Imlek masih diberlakukan oleh orang-orang keturunan Tionghoa.

Salah seorang keturunan Tionghoa yang juga alumni Fakultas Ilmu Budaya UNS, Tasya, mengungkapkan bahwa dia biasanya keluarganya berkumpul walaupun mereka berbeda agama dan kepercayaan menjelang Imlek.

"Keluargaku biasanya datang berkumpul dan sehari sebelum Imlek beribadah menghidupkan dupa di rumahnya," ujar Tasya.

Dikutip dari Harian Kompas edisi 14 Juni 2001, Imlek memang identik dengan kebersamaan dan bersih jiwa. Maka dari itu,yang pertama-tama harus dilakukan adalah membersihkan rumah. Rumah, dalam kepercayaan China ibarat jiwa dari manusia.

Kalau jiwa sudah bersih, maka yang bersangkutan siap menerima keberuntungan selama tahun berikutnya. Itu sebabnya sekalipun sibuk, masyarakat Tionghoa tak lupa membersihkan rumah.

"Bersih-bersih sebelum Imlek dipercaya dapat mengusir seluruh hal buruk selama satu tahun sebelumnya. Namun, bersih-bersih ketika Imlek merupakan hal yang dihindari karena dipercaya membersihkan segala keberuntungan," kata Ravando. (Aswab Nanda Pratama)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Makna Tradisi Mudik Imlek bagi Masyarakat Tionghoa di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×