Reporter: Irma Yani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perkiraan rendahnya defisit anggaran pendapatan belanja negara (APBN) 2010 yang hanya mencapai 1,2% hingga 1,3%, dinilai tidak perlu dikhawatirkan. Direktur Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Prasetijono Widjojo menilai, rendahnya realisasi defisit anggaran tahun ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian RI.
Prasetijono menuturkan, secara umum kapasitas APBN saat ini hanya 20% dari total PDB. Dengan demikian, masih terdapat 80% APBN lainnya di luar budget yang mempengaruhi kinerja perekonomian nasional. "Seperti tenaga kerja, konsumsi masyarakat, dan lainnya," ucapnya akhir pekan lalu.
Apalagi, katanya, pencapaian defisit yang tidak sesuai target itu masih dalam batas yang ditentukan. "Kalau defisit itu kan ancar-ancarnya dalam UU dibawah 3%. Sekarang yang penting masih dalam range pemerintah," terangnya.
Oleh karena itu, ia mengatakan, berapapun realisasi defisit tahun ini, tidak akan menjadi masalah sepanjang penyerapan defisit sudah tepat sasaran. Namun, ia mengakui, rendahnya defisit yang sulit mencapai target 2,1% dikarenakan penyerapan yang tidak maksimal. Tapi, menurut Prasetijono, rendahnya penyerapan belanja pemerintah tidak bisa serta merta dianggap buruk karena bisa saja anggaran yang belum terserap tersebut hanya merupakan pos-pos anggaran yang tidak memiliki daya dorong terhadap ekonomi.
Sementara itu, pengamat ekonomi LIPI Latief Adam mengungkapkan, defisit yang tidak sesuai dengan target tentu akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi yang tidak maksimal. "Rendahnya defisit jelas membuktikan peran optimalisasi fiskal APBN berkurang. Kalau sekarang ada penurunan defisit berarti kemungkinan besar banyak proyek yang tidak terlaksana," ujarnya.
Latief mengatakan, untuk defisit APBN 2010 sendiri, rasanya saat ini sulit jika diakhir tahun akhirnya merangkak mencapai 1,5%. Karena, masalahnya masih sama yakni mencakup masalah lahan, tender terlambat, hingga DIPA tidak sesuai petunjuk teknis. "Ini permasalahn kompleks yang terus berulang," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News