kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Bank Dunia: Pertumbuhan ekonomi negara berkembang 4,2% tahun ini


Rabu, 09 Januari 2019 / 13:57 WIB
Bank Dunia: Pertumbuhan ekonomi negara berkembang 4,2% tahun ini


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia memproyeksi, pertumbuhan ekonomi kelompok negara berkembang akan tertahan pada level 4,2% sepanjang tahun 2019. Sebelumnya pada Juni 2018, Bank Dunia sempat memprediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang bisa mencapai 4,7% di tahun ini.

Dalam laporan Global Economic Prospects yang dirilis Selasa (8/1), Bank Dunia menyatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut mencerminkan efek berkepanjangan dari tekanan pada pasar keuangan di sejumlah negara berkembang dengan ekonomi besar. Tambah lagi, aktivitas ekspor dan impor komoditas pada kelompok negara berkembang juga diproyeksi akan melambat lebih lanjut.

Pertumbuhan ekonomi negara berkembang eksportir komoditas diproyeksi berada pada level 2,3% tahun ini, jauh di bawah proyeksi sebelumnya yakni 3%. Hal ini lantaran beberapa negara besar mengalami kontraksi signifikan dalam aktivitas ekspornya sepanjang 2018, seperti Argentina dan Iran.

Sekitar separuh dari kelompok negara eksportir komoditas mengalami revisi pertumbuhan ke bawah untuk tahun 2019. Pada tingkat yang berbeda-beda, Bank Dunia melihat hal ini sebagai dampak dari kondisi keuangan yang memburuk serta penyesuaian kebijakan di masing-masing negara, kepercayaan yang berkurang, ketidakpastian politik, serta harga komoditas yang lebih lemah maupun hambatan dalam pertambangan.

Di sejumlah negara, harga aset maupun mata uang berada di bawah tekanan besar akibat faktor eksternal seperti perang dagang. Perhatian investor pun tertuju pada sejumlah permasalahan seperti defisit transaksi berjalan maupun defisit fiskal, serta peningkatan utang.

Belum lagi, output beberapa negara eksportir menurun drastis lantaran produksinya yang jatuh, persoalan sosial politik, maupun faktor khusus lainnya seperti sanksi Amerika Serikat terhadap ekspor minyak Iran.

Bank Dunia juga mencatat, pertumbuhan ekonomi negara importir turut mengalami perlambatan 0,4% dari proyeksi sebelumnya, menjadi 5,5% sepanjang 2019. Jatuhnya perekonomian Turki menjadi salah satu penyebab utama, disertai dengan perlambatan ekonomi beberapa negara sekitar lainnya seperti Pakistan dan Rumania.

Adapun, Indonesia diproyeksi stagnan di level 5,2% secara tahunan. Proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan Juni 2018 lalu di mana pertumbuhan Indonesia ditaksir bisa mencapai 5,3%.

Bank Dunia menilai, dalam jangka panjang, potensi pertumbuhan ekonomi negara berkembang mengalami penurunan seiring dengan melemahnya produktivitas dan melambatnya akumulasi modal, serta tren demografis yang kurang menguntungkan.

Bersamaan dengan pengetatan kondisi keuangan global, biaya pinjaman pun bergerak naik, aliran modal semakin moderat, dan ketidakpastian kebijakan berpotensi makin menghambat pertumbuhan investasi di tahun-tahun mendatang. Laju pertumbuhan ekonomi pun kian tertahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×