kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,95   3,20   0.36%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Awas, kekeringan 2015 lebih parah dari 2014


Selasa, 28 Juli 2015 / 18:20 WIB
Awas, kekeringan 2015 lebih parah dari 2014


Sumber: TribunNews.com | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Kekeringan pada 2015 diprediksi akan lebih parah dibandingkan tahun lalu. Puncak kekeringan akan terjadi pada November 2015.

Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kekeringan telah melanda 12 provinsi, 77 kabupaten atau kota, dan 526 kecamatan. Kekeringan ini merupakan dampak meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya atau biasa disebut dengan El Nino pada Juli hingga November 2015.

"Ini akan berdampak buruk pada lahan pertanian seperti puso, sehingga untuk mengatasi permasalahan ini, BNPB menyediakan dana siap pakai sebesar Rp 75 miliar untuk mengatasi kekeringan jangka pendek," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (28/7).

Bantuan jangka pendek yang dimaksud, yaitu dengan melakukan distribusi air kepada masyarakat yang mengalami kekeringan air. Pendistribusian itu dikirim dengan menggunakan mobil-mobil tangki. "Itu yang bisa kita lakukan sampai awal Desember 2015 nanti, saat memasuki musim hujan," kata Sutopo.

Nantinya bantuan yang diberikan ke masing-masing daerah tergantung dari pengajuan dan pengusulan dari daerah tersebut.

Sutopo menjelaskan, biasanya bantuan diberikan kepada provinsi, kemudian provinsi mendistribusikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Puncak kekeringan dari dampak El Nino, diprediksikan pada bulan Oktober-November. Saat itu sungai akan kering dan cadangan air akan menipis.

"Kita berharap distribusi air bisa ditingkatkan, sehingga bisa melayani masyarakat sebaik-baiknya. Kita juga mengimbau kepada petani untuk betul-betul cermat dalam melakukan penanaman dengan menanyakan kepada BMKG setempat atau petugas penyuluh pertanian di wilayahnya agar jangan sampai mereka melakukan penanaman hingga akhirnya tanaman mati," ujar Sutopo. (Dennis Destryawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×