kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Aturan Terbit! Indonesia Kenakan Bea Masuk Antidumping Produk BOPP Malaysia dan China


Jumat, 20 September 2024 / 10:55 WIB
Aturan Terbit! Indonesia Kenakan Bea Masuk Antidumping Produk BOPP Malaysia dan China
ILUSTRASI. Kementerian Keuangan menerbitkan aturan pengenaan BMAD impor produk Biaxially Oriented Polypropylene (BOPP) dari China dan Malaysia. ANTARA FOTO/Jojon/rwa.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan resmi menerbitkan aturan mengenai pengenaan bea masuk antidumping (BMAD) terhadap impor produk Biaxially Oriented Polypropylene (BOPP) dari China dan Malaysia.

Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 60 Tahun 2024, di mana mulai berlaku setelah 10 hari kerja terhitung sejak tanggal diundangkannya beleid ini pada 17 September 2024.

Dalam pertimbangan pada beleid itu menyebutkan, sesuai dengan hasil penyelidikan Komite Anti Dumping Indonesia membuktikan bahwa terjadi dumping atas impor barang BOPP yang dilakukan oleh Malaysia dan China.

Baca Juga: PMK BMAD Tak Kunjung Turun, Asosiasi Keramik Ungkap 6 Pabrik Sudah Lakukan PHK

"Sehingga menyebabkan kerugian bagi industri dalam negeri serta ditemukan hubungan kasual antara dumping dengan kerugian yang dialami industri dalam negeri," bunyi ayat pertimbangan dalam beleid tersebut, dikutip Jumat (20/9).

Adapun BMAD ini dikenakan terhadap produk impor produk BOPP dalam bentuk film yang termasuk pos tarif 3920.20.10 asal Malaysia dan China. 

Selain itu, BMAD juga dikenakan atas BOPP dalam bentuk pelat, lembaran, foil dan strip lainnya yang termasuk dalam pos tarif ex3920.20.91 dan ex3920.20.99 asal Malaysia dan China.

Secara rinci, Indonesia mengenakan BMAD untuk eksportir Malaysia yakni Stenta Films (M) Sdn.Bhd sebesar 18,60% dan Scientex Great Wall Sdn.Bhd sebesar 6,36% dan perusahaan lainnya sebesar 18,60%.

Kemudian, untuk eksportir China yakni Zhejiang Kinlead Innovative Materials Co., Ltd dikenakan sebesar 6,73%, Guangdong Decro Package Films Co., Ltd sebesar 5,76%, Furonghui Industrial (Fujian) Co., Ltd sebesar  10,75%, Sugian Gettel Plastic Industry Co., Ltd sebesar 7,99% serta perusahaan lainnya sebesar 29,95%.

Baca Juga: Pintu Masuk Barang Impor Mau Dipindah, Mendag Ungkap Daftar Pelabuhan Alternatif

Pengenaan BMAD ini merupakan tambahan dari bea masuk umum (Most Favoured Nation) atau bea masuk preferensi berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional yang telah dikenakan.

"Dalam hal ketentuan dalam perjanjian atau kesepakatan internasional tidak terpenuhi, pengenaan Bea Masuk Antidumping atas importasi dari negara yang termasuk dalam perjanjian atau kesepakatan internasional sebagaimana dimaksud (...) merupakan tambahan dari bea masuk umum (Most Favoured Nation)," bunyi Pasal 3 ayat 2 beleid tersebut.

Adapun BMAD atas produk BOPP asal Malaysia serta China ini dikenakan selama lima tahun terhitung sejak tanggal berlakunya beleid ini. 

Selanjutnya: Mulai 22 September 2024, Tarif Tol Ruas Dalam Kota Jakarta Naik Mulai Rp1.000

Menarik Dibaca: Ini Kebiasaan Sederhana yang Bisa Bikin Rumah Lebih Rapi!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×