kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Atasi Kerugian Ekonomi Food Loss, Butuh Investasi di Cold Storage


Senin, 29 Juli 2024 / 19:16 WIB
Atasi Kerugian Ekonomi Food Loss, Butuh Investasi di Cold Storage
ILUSTRASI. Pekerja menyimpan ikan di Cold Storage milik PT Akademi Laut Selatan (ALS) Malang, Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (13/7/2024). Pemerintah dan swasta harus mendorong investasi untuk pembangunan gudang atau penyimpanan berpendingin.


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan swasta harus mendorong investasi untuk pembangunan gudang atau penyimpanan berpendingin atau cold storage guna menekan angka food loss yang menimbulkan kerugian ratusan triliun saban tahun.

Food loss adalah pangan yang terbuang pada tahap produksi, pascapanen dan penyimpanan, serta pemrosesan dan pengemasan.

Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Eliza Mardian mengatakan, Indonesia memang menjadi salah satu negara penghasil limbah makanan terbesar di dunia. 

"Sampah makanan terbesar di kita itu berasal dari rumah tangga dan pasar. Sampah pasar ini paling banyak volumenya, berasal dari hasil pertanian yang terbuang karena rusak atau busuk," katanya kepada KONTAN, Senin (29/7/2024).

Baca Juga: Food Loss Sektor Pertanian Diperkirakan Cetak Kerugian Ekonomi Ratusan Triliun

Menurut Eliza, hasil panen pertanian berupa sayuran dan buah buahan yang dikirim ke pasar untuk dijual sebagian busuk karena banyak faktor. Misalnya, proses pengiriman yang memakan waktu dan jarak, sehingga barang yang tidak tahan lama bisa hancur, terlebih proses pasca panen dan penyimpanan atau pengemasannya kurang baik.

"Hasil panen akan cepat rusak dan kualitasnya menurun juga akibat masih minimnya fasilitas atau penyimpanan berpendingin atau cold storage, ketika harus melewati proses transportasi logistik yang jauh dan lama," paparnya.

Eliza bilang, selama infrastruktur logistik dan sistem penyimpanan berpendingin ini tak memadai, maka Indonesia akan sulit untuk mengatasi masalah food loss hasil pangan.

"Faktor anggaran menjadi penyebab masih terbatasnya cold storage untuk produk pertanian. Selama ini cold storage umumnya dipakai untuk produk perikanan dan kesehatan," ujar dia.

Baca Juga: Uni Eropa Ingatkan Program Makan Siang Gratis Tak Menambah Timbunan Sampah Makanan

Atas dasar itu, pemerintah juga pihak swasta harus terus mendorong pengembangan cold storage, sehingga bisa turut membantu mempertahankan kualitas produk pertanian agar tidak berujung menjadi limbah pangan.

"Kalau lihat dari rasio  cold storage dengan jumlah populasi di Indonesia hanya 12 juta cold storage berbanding 250 juta penduduk, ini sangat kecil," terang dia.

Eliza membandingkan, dengan rasio storage di India yang sebanyak 131 juta terhadap 1,2 miliar penduduk, atau di Amerika Serikat yang sebanyak 115 juta cold storage untuk 270 juta penduduk. Tapi ada problem juga, swasta ini belum begitu melirik investasi cold storage di pertanian melihat kemampuan petani kita yang rendah. 

"Mereka takut sudah bangun, tapi malah cold storage kosong. Makanya, pemerintah mau tidak mau harus mimikirkan anggaran dan investasi untuk perbaikan infrastruktur penyimpanan hasil pertanian. Artinya, harus ada political will yang kuat dari pemerintah untuk solusi food loss ini," sarannya.  

Baca Juga: Ini Beberapa Perilaku yang Harus Dihindari Selama Berada di Tanah Suci

Melansir dari Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia (2021), hasil riset kolaborasi Kementerian PPN/Bappenas, Waste4Change, dan World Resource Institute memberikan proyeksi nilai kehilangan ekonomi di tahap food loss (pangan yang terbuang pada tahap produksi, pascapanen/penyimpanan, dan pemrosesan/pengemasan) sekitar Rp 106 triliun sampai Rp 205 triliun per tahun.

Adapun nilai kehilangan ekonomi pada tahap food waste (pangan yang terbuang pada tahap distribusi/pemasaran dan sisa konsumsi) berkisar antara Rp 107 triliun sampai Rp346 triliun per tahun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×