Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Maino Dwi Hartono mengatakan, pihaknya melakukan sejumlah langkah dalam menjaga stabilisasi pasokan dan harga beberapa komoditas pangan.
Pertama, Maino menyebut Badan Pangan Nasional terus melakukan monitoring pasokan dan harga dari pangan di seluruh Indonesia. Dimana NFA memiliki petugas enumerator di tiap daerah.
Selain itu, Badan Pangan Nasional juga memberikan fasilitas distribusi dari lokasi yang surplus ke daerah defisit. Misalnya saja fasilitasi distribusi jagung pakan untuk peternak telur ayam ras.
"Mengambil dari daerah yang harganya relatif lebih rendah dan murah sehingga peternak kecil dan mandiri bisa dapat harga yang lebih terjangkau. Kita juga mobilisasi jagung maupun bahan pangan lain dari wilayah surplus ke defisit baik dengan bantuan transportasi atau komersil atau kita link-an supplier dengan offtaker, sehingga harga yang didapat peternak terjangkau," jelasnya.
Baca Juga: Hadapi El Nino, Kementan bakal Bentuk Gugus Tugas
Dengan bantuan fasilitasi distribusi tersebut, daerah defisit atau konsumen bisa mendapatkan bahan pangan dengan harga yang relatif lebih terjangkau.
Kemudian soal beras, Maino menyebut pihaknya berkoordinasi dengan Bulog dan Kementerian Perhubungan untuk melakukan mobilisasi nasional. Dimana beras yang berasal dari Jawa Timur atau daerah produsen dikirim ke NTT atau wilayah yang memiliki harga tinggi.
Ia menjelaskan, persoalan harga telur yang melebihi harga acuan pembelian/penjualan tak lepas dari faktor harga pakan yang tinggi.
Maino menyebut, di sisi hulu ada kenaikan biaya produksi yang luar biasa. Pertama disebabkan karena pakan jagung yang per hari ini harga jagung di peternak Rp 5.800 sampai Rp 6.000 per kilogram. Padahal harga acuan jagung untuk pakan ialah Rp 5.000. Kedua dari harga konsentrat atau bahan pokok pakan juga alami kenaikan dalam beberapa minggu terakhir.
"Informasi teman peternak mengalami kenaikan cukup tinggi, sehingga bea pokok produksi naik tinggi. Sehingga berdampak bea pokok produksi peternak dan ujungnya sampai di konsumen alami kenaikan," kata Maino.
Ia mengungkapkan, saat ini ongkos produksi telur per kilogram sekitar Rp 24.000 hingga Rp 25.000 yang disebabkan komponen pakan yang naik. Selanjutnya, di hilir terdapat biaya distribusi, bongkar muat, packing dan lainnya. Maka harta telur di tingkat konsumen saat ini di atas Rp 30.000. Adapun saat ini harga rata-rata telur secara nasional ialah Rp 31.000 per kilogram.
Salah satu program Badan Pangan Nasional dalam mengatasi naiknya harga telur ialah dengan penyerapan bagi bantuan pangan bagi keluarga rawan stunting. Bantuan pangan daging ayam dan telur juga ditujukan untuk menjaga stabilitas harga di tingkat produsen.
Sedangkan untuk komiditi pangan lainnya, misalnya bawang putih Maino menyebut sempat tinggi karena sedikit terganggu proses pemasukan impornya.
"Tapi dalam beberapa minggu terakhir kemarin kami dapat informasi sudah mulai masuk importasi bawang putih, mudah-mudahan harganya bisa lebih terkendali," jelasnya.
Baca Juga: Jaga Keseimbangan Harga Telur Ayam, Ini Upaya yang Dilakukan Badan Pangan Nasional
Harga komoditi pangan lain Maino menyebut masih tergolong relatif normal. Misalnya seperti kedelai. Dimana informasi dari para importir saat ini harga di tingkat importir sekitar Rp 10.600 - Rp 10.800. Sedangkan di tingkat pengrajin di kisaran Rp 11.200 sampai Rp 11.400.
"Memang seperti di Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur yang didistribusikan dari Jawa tentu ada sedikit lebih tinggi karena transportasinya yang lumayan jauh," ungkapnya.
Demikian juga dengan cabai, Maino menyebut saat ini harganya relatif normal. Dimana saat lebaran kemarin harga cabai sempat rendah. Saat ini di tingkat petani antara Rp18.000 hingga Rp 25.000 tergantung jenisnya.
"Bawang merah memang ada sedikit kenaikan kemarin di 1-2 minggu terakhir. Tapi saat ini sudah kembali normal. Daging sapi normal, ayam juga sudah normal meski ada kenaikan dari kondisi sebelumnya karena jatuh, tapi harga di konsumen masih di bawah harga acuan. Gula masih normal Rp 13.500 dan Rp 14.500 di Indonesia timur," jelas Maino.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News