kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.383.000 0,36%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

ASEAN Masih Hadapi Kesenjangan Pembiayaan Infrastruktur Capai US$ 19 Miliar per Tahun


Minggu, 27 Agustus 2023 / 11:34 WIB
ASEAN Masih Hadapi Kesenjangan Pembiayaan Infrastruktur Capai US$ 19 Miliar per Tahun
ILUSTRASI. Kebutuhan pendanaan infrastruktur di ASEAN mencapai US$ 280 miliar per tahunnya


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan pendanaan infrastruktur di Kawasan ASEAN mencapai US$ 280 miliar setiap tahunnya. Namun, masih terdapat kesenjangan antara kebutuhan dana dengan pendanaan yang tersedia, yakni sekitar US$ 19 miliar atau setara setiap tahunnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, gap dari kebutuhan pembiayaan infrastruktur tersebut juga menjadi pembahasan penting dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Asean pada 22-25 Agustus 2023.

“Jadi ASEAN continue menghadapi infrastructure gap financing sekitar US$ 19 miliar per tahunnya. Sehingga diskusinya tidak hanya mengenai infrastruktur gap tapi juga transition financing,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers, Jumat (25/8).

Hasil dari pertemuan tersebut diputuskan untuk melakukan perubahan dari ASEAN Infrastructure Fund (AIF) yang ada menjadi ASEAN Green Fund. Maka dari itu, dibutuhkan ASEAN taxonomy untuk memfokuskan pembahasan keuangan berkelanjutan.

Baca Juga: Sri Mulyani: Ketegangan AS dan China Malah Beri Berkah ASEAN dan India

Dia menjelaskan, ASEAN Taxonomy ini dibentuk dengan tujuan untuk menarik investasi global ke ASEAN, sehingga pada muaranya bisa mendukung pembangunan berkelanjutan di negara Kawasan.

“Pembahasan difokuskan pada bagaimana kita bisa menarik capital dari luar. Salah satunya yang dianggap powerfull adalah membangun taksonomi ASEAN,” jelasnya.

Taksonomi ASEAN akan menjadi acuan bagi negara-negara ASEAN untuk menciptakan daya tarik investasi yang lebih memberikan kepercayaan kepada para investor global dan meminimalisir keberadaan green washing.

Meski begitu, Sri Mulyani menyampaikan dalam implementasinya tidak mudah. Menurutnya akan ada banyak tantangan dan banyak regulasi yang perlu dikomunikasikan.

Selain itu, peranan Asian Development Bank (ADB) dan juga Bank Dunia dinilai penting, karena bisa menyempurnakan keseimbangan keuangan dan sebagai institusi yang bisa mengurangi risiko.

Baca Juga: Kolaborasi Energi, Ini Sejumlah Poin yang Dihasilkan ASEAN Energy Business Forum

“Kalau proyek tinggi risiko mereka biasanya minta charge interest tinggi saat sekarang interest rate dunia juga tinggi,” katanya.

Selanjutnya: AAUI Mencatat Penurunan Premi Reasuransi 7,2% di Semester I-2023

Menarik Dibaca: Mencari Akun Instagram dengan Nomor HP? Ternyata Bisa, Begini Caranya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×