Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Nilai mata uang garuda masih akan loyo tahun depan. Berbagai faktor baik dalam negeri ataupun luar menjadi bayang-bayang rupiah pada pemerintahan baru.
Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko berpendapat ada dua hal yang mempengaruhi kinerja rupiah tahun depan. Pertama, faktor eksternal yakni berupa langkah bank sentral Amerika yang akan menaikkan suku bunganya.
Kedua, faktor internal. Faktor ini berupa kenaikan isu bahan bakar minyak (BBM). Selain itu, defisit transaksi berjalan. Tidak ada jaminan dalam jangka menengah neraca transaksi berjalan akan membaik signfikan apabila pemerintahan baru tidak mengambil kebijakan strategis terutama soal pengendalian bbm.
Karena itu, Prasetyantoko menilai nilai tukar rupiah tahun depan masih akan berada pada kisaran 11.500-12.000. "Faktor domestik dan global belum terlalu menguntungkan tahun depan," tandasnya.
Untuk tahun ini saja, dirinya memperkirakan rupiah hingga akhir tahun akan berada pada level 11.200.
Di sisi lain, Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai kinerja rupiah pada tahun depan akan berada pada level 11.500. Ada potensi rupiah menguat kalau pasar suka dengan pemerintahan baru.
Rupiah berpotensi menguat ke level 10.000 apabila Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih adalah Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Menurutnya, kedua sosok tersebut adalah sosok yang disukai pasar saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News