Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek ekonomi melambat, Bank Indonesia (BI) perlu mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, pekan ini.
Menurut ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, BI perlu merelaksasi suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke level 4,75%. Ini sebagai langkah antisipatif di tengah adanya prospek perlambatan ekonomi akibat wabah virus corona.
Baca Juga: Bahana Sekuritas menilai BI perlu pangkas suku bunga acuan sebanyak 25 bps
"Risiko perlambatan ini sudah di depan mata, jadi kita memang harus mengambil langkah untuk mengantisipasi," terang David kepada Kontan.co.id, Selasa (18/2).
Meski begitu, David menyarankan BI tetap terus melakukan pemantauan agar tidak berlebihan dalam melakukan relaksasi. Ini dalam arti, bila wabah virus corona mereda dan mulai terjadi perbaikan ekonomi, BI perlu menyesuaikan stimulusnya.
David melihat bahwa saat ini kondisi ekonomi memang masih menantang. Meski begitu, ia masih optimis ekonomi masih bisa tumbuh di kisaran 5% di sepanjang tahun ini. Hal ini juga harus dibarengi dengan antisipasi dan skenario yang apik untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Oleh karenanya, kebijakan moneter tidak bisa jalan sendiri. Perlu dukungan pula dari sisi kebijakan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah. Menurutnya, ini bisa dari implementasi berbagai insentif dan penerapan kebijakan Omnibus Law.
"Selain itu perlu juga adanya percpatan belanja dan membuat belanja menjadi lebih efektif," tambah David.
Selain sebagai langkah antisipatif, David juga melihat bahwa suku bunga acuan bisa direlaksasi karean inflasi yang terkendali. Ini dipengaruhi oleh harga-harga barang yang melandai dan beberapa harga yang ditetapkan oleh pemerintah (administered prices) yang belum jadi mengalami peningkatan.
Baca Juga: Bankir: Tren penurunan bunga kredit di awal tahun masih mini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News