kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Antisipasi gejolak ekonomi jelang akhir tahun


Selasa, 08 November 2016 / 17:53 WIB
Antisipasi gejolak ekonomi jelang akhir tahun


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Situasi ekonomi global di akhir tahun masih dipenuhi ketidakpastian. Berbagai tantangan dan risiko sudah menanti di depan mata, terutama yang datang dari Ameria Serikat (AS).

AS akan menggelar pemilu presiden pada 8 November 2016, nanti malam. Siapapun yang terpilih, baik Hillary Clinton atau Donald Trump, hasil pemilu akan berimbas pada negara lain termasuk Indonesia. Pasalnya, setiap kandidat memiliki kebijakan berbeda.

Selain itu, ekonomi global juga menunggu keputusan Bank Sentral AS, The Federal Reserve terait kebijakan moneternya. Kedua isu ini memang membuat pelaku pasar dan pembuat kebijakan di dalam negeri waspada.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengaku risiko yang harus diwaspadi antara lain dampak yang ditimbulkannya melalui jalur perdagangan dan arus modal. Dari sisi arus modal, yang paling nyata adalah dampak terhadap nilai tukar mata uang rupiah.

"Kita akan coba itu netralisir dengan berbagai kebijakan," ujar Sri Mulyani, Selasa (8/11) di Jakarta.

Salah satunya, pemerintah akan mendorong realisasi belanja yang lebih baik, supaya pertumbuhan ekonomi di triwulan ke-IV lebih baik. Sri Mulyani mempekirakan tingkat realisasi belanja pemerintah secara keseluruhan, akan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, realisasi belanja diperkirakan di atas 95%.

Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dibandingkan negara-negara emerging lain, maka investor masih akan tetap peraya untuk menyimpan dananya di Indonesia. Sehingga akan cukup meredam dampak dari gejolak ekonomi global.

Selain itu, pemerintah juga akan mengandalkan aliran dana repatriasi hasil dari program tax amnesty atau pengampunan pajak. Saat ini ada komitmen dana repatriasi senilai Rp 160 triliun, yang harus masuk paling lambat tanggal 31 Desember 2016.

Namun, hingga Oktober lalu baru sekitar Rp 12 triliun yang sudah terealisasi. Jika bisa teralisasi lebih cepat, dana repatriasi ini akan menambah likuditas di pasar lebih besar. Nah, bertambahnya likuidtas ini akan mendorong penguatan rupiah.

Sri Mulyani mengaku menunggu keseriusan peserta amnesti pajak yang akan merepatriasi dananya. Apalagi, mereka sudah mendapatan keringanan dalam program amnesti pajak berupa tarif yang paling rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×