kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Antasari: Ada Kospirasi Besar Dalam Perkara Nasrudin


Kamis, 28 Januari 2010 / 10:26 WIB
Antasari: Ada Kospirasi Besar Dalam Perkara Nasrudin


Reporter: Epung Saepudin | Editor: Tri Adi

JAKARTA. Sidang pembunuhan Nasrudin Zulkarnain dengan terdakwa Antasari Azhar memasuki tahap pembelaan terdakwa. Hari ini Antasari membacakan pledoi setebal 50 halaman dengan judul "Imajinasi Penuntut Umum Berujung pada Tuntutan Mati,". Memakai baju batik berwarna kuning emas, Antasari membuka pembacaan pledoi dengan mengucapkan doa.

Dalam pledoinya Antasari menilai bahwa tuntutan mati yang dijatuhkan padanya oleh jaksa dibangun dengan cerita yang cenderung imajinasi karena semata mengacu pada sosok Rani dan ada rangkaian konspirasi yang nantinya akan terjawab. "Ada mistery of justice," tegas Antasari di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (28/1).

Antasari menegaskan, dia menulis pledoi dengan perasaan menyesal. Meski begitu, ia mempertanyakan mengapa persoalan yang menimpa dirinya terjadi ketika kinerja KPK sedang bagus. Menurutnya, ketika perkara bermula, KPK tengah menyidik banyak kasus besar yang menyeret anggota DPR dan kalangan pimpinan pemerintah. Antasari mengaku ketika menangani perkara korupsi besar itu, ada banyak perlawanan terhadap pimpinan KPK.

Antasari juga menegaskan bahwa adanya rekaman di Grand Mahakam dan juga rekaman Sigid hingga pemberian sejumlah dana pada pengawalnya baru diketahui setelah dirinya ditahan. "Berarti ada motif lain pada diri Sigid," tegasnya. Antasari bilang, rangkaian kejadian mulai dari rekaman suara dan transkip sebenarnya hanya petunjuk untuk diyakinkan dengan alat bukti lain. "Rangkaian petunjuk itu bukan sebagai alat bukti tapi persepsi imajinasi penuntut umum atas pengalaman pribadinya," sindir Antasari.

Antasari menegaskan, ada skenario besar di balik perkara yang menimpa dirinya dengan tudingan membujuk, menghilangkan nyawa dengan sangkaan menjadi tokoh utama. "Itu semua berdasar imajinasi. Tudingan aktor intelektual, melakukan pembunuhan, hingga mempermalukan saya agar terkesan saya orang amoral padahal itu hanya imajinasi," tegasnya. Antasari mengatakan bahwa mungkin saja tuntutan penuntut umum bertentangan dengan hati nuraninya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×