kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.679.000   7.000   0,42%
  • USD/IDR 16.490   100,00   0,60%
  • IDX 6.520   249,06   3,97%
  • KOMPAS100 949   42,15   4,65%
  • LQ45 738   34,14   4,85%
  • ISSI 202   5,55   2,82%
  • IDX30 382   17,70   4,85%
  • IDXHIDIV20 462   16,68   3,75%
  • IDX80 107   4,47   4,34%
  • IDXV30 110   2,54   2,36%
  • IDXQ30 125   5,23   4,36%

Antasari: Ada Kospirasi Besar Dalam Perkara Nasrudin


Kamis, 28 Januari 2010 / 10:26 WIB
Antasari: Ada Kospirasi Besar Dalam Perkara Nasrudin


Reporter: Epung Saepudin | Editor: Tri Adi

JAKARTA. Sidang pembunuhan Nasrudin Zulkarnain dengan terdakwa Antasari Azhar memasuki tahap pembelaan terdakwa. Hari ini Antasari membacakan pledoi setebal 50 halaman dengan judul "Imajinasi Penuntut Umum Berujung pada Tuntutan Mati,". Memakai baju batik berwarna kuning emas, Antasari membuka pembacaan pledoi dengan mengucapkan doa.

Dalam pledoinya Antasari menilai bahwa tuntutan mati yang dijatuhkan padanya oleh jaksa dibangun dengan cerita yang cenderung imajinasi karena semata mengacu pada sosok Rani dan ada rangkaian konspirasi yang nantinya akan terjawab. "Ada mistery of justice," tegas Antasari di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (28/1).

Antasari menegaskan, dia menulis pledoi dengan perasaan menyesal. Meski begitu, ia mempertanyakan mengapa persoalan yang menimpa dirinya terjadi ketika kinerja KPK sedang bagus. Menurutnya, ketika perkara bermula, KPK tengah menyidik banyak kasus besar yang menyeret anggota DPR dan kalangan pimpinan pemerintah. Antasari mengaku ketika menangani perkara korupsi besar itu, ada banyak perlawanan terhadap pimpinan KPK.

Antasari juga menegaskan bahwa adanya rekaman di Grand Mahakam dan juga rekaman Sigid hingga pemberian sejumlah dana pada pengawalnya baru diketahui setelah dirinya ditahan. "Berarti ada motif lain pada diri Sigid," tegasnya. Antasari bilang, rangkaian kejadian mulai dari rekaman suara dan transkip sebenarnya hanya petunjuk untuk diyakinkan dengan alat bukti lain. "Rangkaian petunjuk itu bukan sebagai alat bukti tapi persepsi imajinasi penuntut umum atas pengalaman pribadinya," sindir Antasari.

Antasari menegaskan, ada skenario besar di balik perkara yang menimpa dirinya dengan tudingan membujuk, menghilangkan nyawa dengan sangkaan menjadi tokoh utama. "Itu semua berdasar imajinasi. Tudingan aktor intelektual, melakukan pembunuhan, hingga mempermalukan saya agar terkesan saya orang amoral padahal itu hanya imajinasi," tegasnya. Antasari mengatakan bahwa mungkin saja tuntutan penuntut umum bertentangan dengan hati nuraninya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Undang-Undang Kepailitan Dan PKPU Indonesia KONTAN DIGITAL PREMIUM ACCESS

[X]
×