Reporter: Yohan Rubiyantoro |
JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mengusung tiga buah tema terkait upaya penanggulangan krisis finansial global yang akan dibawa dalam pertemuan G20 di Washington. Yaitu pertama, upaya melakukan stabilisasi keuangan dunia. Kedua langkah untuk menggairahkan kembali sektor riil di dunia. Ketiga, restrukturisasi sistem keuangan dunia.
Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Andi Malarangeng usai mengikuti rapat persiapan Indonesia dalam Pertemuan G20, Senin (10/11). "Intinya dalam pertemuan G20 nanti, bagaimana membuat sebuah collective action dari negara-negara dunia untuk menyelesaikan krisis finansial global ini. Dan itu tidak bisa jika dilakukan tanpa bersama-sama," kata Andi.
Ia juga mengatakan usulan ini diharapkan dapat dilaksanakan negara-negara di dunia, khususnya Amerika Serikat yang merupakan pusat terjadinya krisis global, karena masalah ini tidak bisa diselesaikan tanpa melibatkan AS. Presiden juga berencana bertemu dengan Obama untuk membicarakan masalah ini. "Mumpung sebentar lagi pemerintahan di Amerika akan memiliki kepemimpinan yang baru," ucapnya.
Sedangkan Ekonom Indef Aviliani mengatakan diperlukan sebuah global expenditure support fund atau bantalan dana dunia. Sebab tahun depan diperkirakan banyak negara yang bermasalah sehingga sangat membutuhkan suntikan dana. sebab itu, Indonesia mengusulkan dibentuk lembaga baru untuk mengelola dana ini. "Tapi kalau itu tidak bisa dikelola lembaga yang ada, maka IMF atau World Bank yang masuk itu harus direformasi karena kredibilitas mereka sudah cukup turun," urainya.
Aviliani juga menguraikan, bahwa Presiden akan meminta agar negara-negara Asia ini bantu dalam mengatasi krisis global. sebab, jika tidak disupport dengan global fund maka akan berpengaruh terhadap ekonomi global. "Karena pertumbuhan ekonomi negara maju termasuk Amerika akan drop. Jadi kita minta support supaya Asia bisa tetap menjaga pertumbuhan ekonomi. Untuk menjaga market tentu saja butuh fund tadi," katanya.
Sementara itu Direktur LPEM UI Chatib Basri menjelaskan dana bantuan bagi negara berkembang sangat diperlukan. khususnya untuk mendanai program pengentasan kemiskinan dan infrastruktur dan kesehatan. "Padahal dalam situasi seperti ini kan tidak mudah mendapatkan dana dari luar. karena marketnya itu kan praktis SUN maupun bond baik domestik maupun luar itu agak repot," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News