kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Agar defisit tak gemuk, ini opsi untuk pemerintah


Rabu, 25 Januari 2017 / 21:10 WIB
Agar defisit tak gemuk, ini opsi untuk pemerintah


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Per Desember 2016, utang Indonesia tercatat Rp 3.467 triliun. Jika ditambah utang sepanjang tahun berjalan sebesar Rp 384,7 triliun, utang Indonesia sudah mencapai Rp 3.851,1 triliun di 2017.

Jika utang ditambah, beban utang bisa semakin membesar. Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017, defisitnya sudah mencapai Rp 330,2 triliun.

Ekonom SKHA Consulting Eric Sugandi mengatakan, besarnya utang Indonesia karena pendapatan dari pajak tak setinggi tahun lalu.

Untuk memenuhi kebutuhan tahun 2017, menurut Eric, pemerintah punya dua opsi yaitu memotong anggaran belanja atau menambah utang. 

"Tapi, sebelum itu, mungkin pemerintah bisa menggenjot PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak),” katanya saat dihubungi KONTAN, Rabu (25/1).

Meski demikian, langkah menggenjot PNBP itu tidak akan membuahkan hasil terlalu banyak, sehingga dia melihat pemerintah tahun ini hanya terbantu dengan kenaikan harga komoditas yang sifatnya eksternal dan di luar kontrol pemerintah.

Di antara opsi memotong belanja atau menambah utang, menurut Eric yang mungkin akan terjadi adalah pemotongan anggaran dengan menyoroti pos-pos yang bisa ditunda atau menekan biaya rutin

“Perjalanan dinas bisa ditekan. Infrastruktur juga bisa ditunda ke tahun berikutnya, adapun pengurangan subsidi mungkin dilakukan," kata Eric.

Namun, dia optimistis, defisit APBN sekitar 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Jika enggan memperbesar defisit, pemerintah masih punya cara lain. Misalnya, kata Eric, mencari sumber dana dari lembaga donor, secara bilateral atau multilateral, bisa pinjam ke perbankan domestik, bisa juga privatisasi.

Namun, dia setuju pemerintah mencari pendanaan lewat menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) di awal-awal tahun alias front loading. Menurut dia, cara tersebut mengurangi risiko kenaikan yield SBN agar tak keburu terkena imbas kenaikan bunga Amerika Serikat oleh bank sentralnya Federal Reserve. 

“Itu bisa dilakukan. Bila tidak, bisa keburu The Fed rate naik, ada risiko yield SBN yang ditawarkan memiliki tekanan untuk naik.,” jelasnya. Kenaikan bunga AS bisa membuat utang dollar pemerintah kian mahal juga melesukan kegiatan ekonomi Indonesia yang tinggi impor.

Jika pemerintah ingin menambah utang, Eric menilai, bukan nilainya yang harus dilihat tapi penggunaannya. 

“Rasio utangnya masih bisa dijaga, tetapi harus tetap waspada agar dipakai ke sektor yang produktif. Bila produktif, otomatis pemerintah bisa bayar utang,” ucapnya.

Sementara menurut Eric, kondisi fiskal Indonesia tergolong prudent. Terlepas dari APBN yang direncanakan kurang baik di 2016 karena target terlalu ambisius, tetapi defisitnya bisa dijaga walaupun dengan pemotongan belanja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×