kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.607.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.317   10,00   0,06%
  • IDX 7.233   -24,48   -0,34%
  • KOMPAS100 1.065   -7,05   -0,66%
  • LQ45 844   -2,59   -0,31%
  • ISSI 214   -1,99   -0,92%
  • IDX30 434   -1,19   -0,27%
  • IDXHIDIV20 518   -2,00   -0,38%
  • IDX80 122   -0,92   -0,75%
  • IDXV30 124   -0,31   -0,25%
  • IDXQ30 142   -0,53   -0,37%

ADB: Fokus Indonesia seputar inflasi dan defisit


Jumat, 26 September 2014 / 09:21 WIB
ADB: Fokus Indonesia seputar inflasi dan defisit
ILUSTRASI. Begini cara menyimpan bahan makanan agar tetap awet selama ditinggal mudik. foto: KONTAN/Fransiskus Simbolon


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Deputy Country Director Asian Development Bank (ADB) Edimon Ginting menyatakan, kebijakan moneter Indonesia ke depan masih berkisar antara inflasi dan transaksi berjalan. Sebab, masih terdapat risiko pada dua hal tersebut.

"Masih ada risiko inflasi yang cukup besar. Posisi current account (transaksi berjalan) kita juga masih tertahan. Walaupun ekspor sudah menanjak, tapi belum juga pulih," kata Edimon di Hotel Intercontinental Midplaza, Kamis (25/9). 

Dalam laporan tahunan Asian Development Outlook (ADO) 2014 yang dipaparkan hari ini, ADB menyatakan kebijakan ekonomi kemungkinan akan tetap fokus pada pengendalian inflasi dan defisit transaksi yang menahan pertumbuhan ekonomi.

"Inflasi diharapkan akan menurun sepanjang 2014, namun akan meningkat lagi tahun depan jika pemerintah mengurangi subsidi dan menaikkan harga bahan bakar," ujar dia.

Inflasi yang lebih rendah akan mendorong konsumsi tahun ini. Pemerintah pun diperkirakan akan melakukan kebijakan transfer dana untuk mengkompensasi kelompok berpenghasilan rendah yang terkena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bila benar dilakukan tahun depan. 

Adapun kebijakan nilai tukar rupiah yang fleksibel menurut ADB akan membantu memfasilitasi penyesuaian eksternal dan memperbaiki daya tahan terhadap potensi gejolak di pasar keuangan global.

Meski demikian, ADB memperkirakan kondisi ekonomi Indonesia akan lebih baik. Dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi dipandang tidak terlalu besar dan sifatnya hahya sementara alias temporer.

"Pertumbuhan ekonomi di semester II akan baik dan akan lebih baik lagi di tahun 2015. Inflasi akan lebih baik di 2014. Kenaikan inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi sekitar 2%-2,5%. Tidak separah di 2013, akan manageable," ujar Edimon. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×