Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah diperkirakan melemah pada kuartal II-2024, sejalan dengan musim pembayaran dividen sekaligus tekanan yang berasal dari tingginya suku bunga The Fed. Namun, pelemahan rupiah akan terbatas.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memaparkan, pembayaran dividen ke luar negeri tahun ini yang dihasilkan dari laba 2023, tidak akan setinggi tahun 2022. Sebab, perekonomian Indonesia cenderung melambat pada 2023, jika dibandingkan dengan 2022.
Selain itu, kepemilikan asing pada instrumen keuangan Indonesia pada tahun ini juga cenderung mengecil.
"Alhasil, pelemahan nilai tukar rupiah kemungkinan akan terbatas dan tidak akan sebesar tahun lalu," kata Josua kepada Kontan, Selasa (2/4).
Meski demikian, Josua melihat bahwa cadangan devisa akan menurun pada paruh pertama 2024, namun tetap pada level yang cenderung masih kuat, yakni berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Baca Juga: Rupiah Spot Melemah Tipis 0,01% ke Rp 15.897 Per Dolar AS Pada Selasa (2/4)
Cadangan devisa akan berpeluang naik lagi pada paruh kedua tahun ini ditopang oleh masuknya arus modal asing akibat naiknya sentimen risiko investor akibat pemotongan suku bunga global dan menghilangnya ketidakpastian terkait dengan pemerintahan baru Indonesia.
Josua memperkirakan, pergerakan nilai tukar rupiah pada kuartal II-2024 akan cenderung stagnan di kisaran Rp 15.800 - Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ia optimistis, nilai tukar rupiah kemungkinan akan menguat pada paruh kedua 2024.
"Ketika ruang pemotongan suku bunga global terbuka sehingga memicu risk on sentiment,” jelasnya.
Lebih lanjut, dalam jangka pendek Josua memperkirakan nilai tukar rupiah akan dipengaruhi baik dari sisi eksternal maupun domestik.
Dari sisi eksternal, rupiah akan dipengaruhi oleh gejolak ketidakpastian global terutama arah suku bunga bank sentral dunia yang saat ini cenderung divergent.
Baca Juga: Modal Asing Hengkang Rp 1,36 Triliun Pada Pekan Keempat Maret 2024
“Perkembangan kondisi ekonomi AS juga dapat mempengaruhi karena akan berdampak pada timing dan besar pemotongan suku bunga acuan the Fed pada tahun ini,” ungkapnya.
Dari sisi domestik, faktor perkembangan hasil pemilu akan memberikan ketidakpastian. Tak hanya itu, perkembangan inflasi dan neraca dagang juga dapat memberikan dampak juga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News